DAMASKUS (Arrahmah.com) – Jumlah warga sipil yang dibunuh oleh koalisi pimpinan AS yang mengklaim memerangi ISIS di Irak dan Suriah, meningkat tiga kali lipat pada 2017, sebuah kelompok pemantau melaporkan pada Jum’at (19/1/2018).
Antara 3.923 dan 6.102 non-kombatan terbunuh di kedua negara, ujar Airwars, sebuah proyek oleh para jurnalis yang berbasis di London yang memonitor laporan mengenai korban sipil, mereka mengumpulkan data dari sumber-sumber publik, lansir Daily Sabah.
Itu meningkat tajam dari perkiraan jumlah korban tahun sebelumnya antara 1.243 dan 1.904.
Airwars mengatakan bahwa lonjakan kematian kemungkinan disebabkan oleh pertempuran sengit di daerah perkotaan. Namun, dikatakan bahwa pemerintah Trump mungkin menjadi pihak yang bisa disalahkan.
“Meningkatnya jumlah korban bertepatan dengan dimulainya kepresidenan Trump, yang telah menyatakan bahwa konflik melawan Daesh [ISIS] akan menjadi ‘perang pemusnahan’,” ujar pernyataan Airwars.
Airwars mengatakan koalisi telah melakukan 11.573 serangan artileri dan udara, meningkat sekitar 50 persen dari tahun sebelumnya. Lebih dari 70 persen terjadi di Suriah.
Dikatakan 766 serangan tahun lalu melukai 2.443 warga sipil di kedua negara tersebut.
Kelompok pemantau itu juga melacak korban operasi Rusia di Suriah, mereka mengatakan bahwa kematian warga sipil oleh koalisi pimpinan AS pada 2017 jauh lebih tinggi dari jumlah korban oleh Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)