DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebanyak 160 warga sipil yang sakit dan terluka telah dievakuasi dari daerah pinggiran Ghautah Timur pada Rabu (14/3/2018).
Ini merupakan evakuasi yang kedua, setelah sehari sebelumnya 190 orang yang luka-luka dievakuasi, kata wartawan lokal, sebagaimana dilansir Zaman Al Wasl.
Komando Tugas Rusia di basis militer Hmeimym, yang menjadi perantara kesepakatan evakuasi, mengatakan bahwa sebanyak 350 orang telah keluar dari Ghautah.
Serangan bom pada hari Rabu telah membunuh 25 warga sipil, di antaranya tiga anak-anak, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan.
“Sedikitnya 25 warga sipil termasuk tiga anak tewas pada hari Rabu, kebanyakan dari mereka tewas dalam serangan udara rezim dan lainnya dalam serangan Rusia di wilayah yang dikuasai oleh Faylaq al-Rahman, sebuah kelompok oposisi,” kata kelompok pemantau yang berbasis di Inggris itu.
SANA, siaran berita negara Suriah, menunjukkan pasien yang sedang diperiksa oleh Bulan Sabit Merah Arab Suriah dan orang-orang yang terluka tiba di persimpangan al-Wafideen pada hari Selasa.
Lebih dari 1.200 orang terbunuh selama tiga pekan serangan bom yang sengit di Ghautah Timur.
Sementara itu, pihak berwenang lokal di luar Damaskus mengatakan pasukan rezim telah memutus kota mereka dari Ghautah Timur yang dikuasai oposisi, mengisolasi 20.000 penduduk tanpa akses untuk mendapatkan bantuan.
Seorang anggota dewan lokal Harasta mengatakan pada hari Rabu bahwa penduduk telah berada di tempat penampungan bawah tanah dalam waktu lama di tengah serangan bom yang sengit.
Dia mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah berhasil merebut beberapa pemakaman lokal, memaksa penduduk untuk mengubur orang-orang yang meninggal di tempat lain, AP melaporkan.
Harasta berada di Ghautah Timur, sebuah daerah yang dikuasai oposisi yang berada di bawah pengepungan yang melumpuhkan dan serangan bom yang berlangsung tiap hari selama berminggu-minggu.
Aktivis oposisi mengatakan lebih dari 1.100 warga sipil terbunuh sejak serangan dimulai pada bulan Februari.
Pasukan rezim baru-baru ini telah memisahkan daerah kantong penduduk itu menjadi dua dan memutus kota Douma dan Harasta.
Pasukan rezim telah mengintensifkan pemboman darat dan udara semalam di Douma dan Harasta karena pasukan oposisi masih menunjukkan perlawanan, kata reporter lokal, Rabu.
Ghautah Timur adalah rumah bagi sekitar 400.000 orang, yang berada di bawah pengepungan selama lima tahun yang menyebabkan krisis makanan dan pertolongan medis.
Kelompok Pertahanan Sipil mengatakan bahwa penyelamatan sedang berlangsung karena puluhan mayat masih berada di bawah reruntuhan.
Pada hari Selasa, mereka mengeluarkan delapan warga sipil, termasuk tujuh orang yang berasal dari keluarga yang sama, di kota Zamalka.
(ameera/arrahmah.com)