ALEPPO (Arrahmah.com) – Situasi kemanusiaan telah sangat memburuk di kota Suriah utara, Aleppo, di mana jet tempur pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dan Rusia terus menyerang lingkungan sipil, menurut laporan aktivis dan warga.
“Dalam empat hari terakhir, pasokan makanan hampir menghilang dari pasar dan harga telah meroket,” ujar Salem Al-Atrash, penduduk di kota Aleppo mengatakan kepada Al Jazeera pada Selasa (23/8/2016).
“Anda akan jarang menemui orang di jalan-jalan, karena intensitas penembakan tanpa pandang bulu dan barbar oleh tentara Rusia dan Suriah,” ujarnya.
Kota terbesar di Suriah tersebut telah terbagi menjadi dua antara pejuang Suriah yang mengontrol wilayah timur dan rezim Asad yang mengendalikan barat sejak pertengahan 2012.
Pasukan yang loyal terhadap rezim Asad melancarkan serangan untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah, memaksakan pengepungan selama sebulan yang akhirnya berhasil dipecah oleh pejuang Suriah pada awal Agustus.
Sejak akhir pengepungan, jumlah korban tewas yang belum pernah terjadi sebelumnya, terus meningkat tajam akibat pemboman udara di kota tersebut.
Menurut laporan Komite Koordinasi Lokal (LCC), jaringan akar rumput aktivis di Suriah, setidaknya 90 orang telah tewas sejak Ahad (21/8) dan lebih dari 200 telah tewas sepanjang pekan lalu.
“Selalu ada enam pesawat di langit-empat helikopter dan dua jet tempur-selama 24 jam sehari. Belum ada jeda penembakan sama sekali,” ujar Atrash yang tinggal di Aleppo bersama istri dan tiga anaknya.
Stephen O’Brien, Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat mengatakan: “Aleppo telah menjadi lokasi horor di tingkat paling mengerikan bagi orang-orang yang telah menderita di kota.”
“Saya telah menggarisbawahi bahwa hingga 275.000 orang di Aleppo timur telah hampir seluruhnya terputus dari pasokan vital, termasuk makanan, air, obat-obatan dan listrik selama lebih dari sebulan,” tambahnya.
Warga Aleppo juga hidup dalam ketakutan, sementara akses juga masih sangat sulit.
Aktivis di lapangan mengatakan eskalasi dalam pengeboman udara telah mengikuti hilangnya lokasi-lokasi strategis dari tangan Asad.
Aliansi Mujahidin yang menamai diri mereka Jaisyul Fath mengatakan telah merebut sebuah pangkalan militer serta sekolah persenjataan dan sekolah artileri di Ramouseh awal bulan ini. Mereka kemudian menggunakan pangkalan tersebut untuk melancarkan serangan untuk memecah pengepungan oleh rezim di Aleppo.
Ibrahim Al-Hajj, direktur pusat media di Alepo mengatakan Pertahanan Sipil Suriah, kelompok penyelamat yang juga dikenal sebagai White Helmet, mengatakan infrastruktur sipil terus diserang.
“Rumah sakit lapangan, ambulans dan personil pertahanan sipil menjadi sasaran dalam beberapa hari terakhir, terutama dengan bom cluster,” ujar Hajj kepada Al Jazeera.
“Ada gerakan yang sangat sedikit di jalan-jalan, seolah-olah Aleppo dikepung lagi,” lanjutnya.
Meskipun pengepungan telah dipecah, aktivis mengatakan rezim terus berupaya maju ke Ramouseh, yang merupakan salah satu rute utama warga di bagian timur kota untuk melarikan diri.
Meskipun beberapa orang berhasil keluar dari kota, yang lainnya memahami resiko yang akan mereka hadapi jika mencoba untuk pergi dan memutuskan untuk tetap tinggal. (haninmazaya/arrahmah.com)