SINAI (Arrahmah.id) – Warga di wilayah Sinai Utara Mesir yang bergolak berkumpul untuk memprotes rencana tentara untuk mengusir mereka dari rumah mereka saat serangan militer terhadap cabang kelompok Negara Islam (ISIS) terus berlanjut.
Daerah di sekitar kota Rafah dan Sheikh Zuweid telah menjadi saksi pertemuan malam oleh komunitas Badui yang tinggal di sana, lansir Al-Araby Al-Jadeed. Penduduk ini selama bertahun-tahun mendukung militer Mesir dalam perjuangan mereka melawan Wilayat Sinai, afiliasi ISIS.
Sumber suku di Rafah selatan mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa langkah-langkah diambil sekitar sebulan yang lalu untuk mengusir penduduk Badui, yang telah kembali ke desa mereka setelah militan ISIS diusir.
Langkah-langkah ini juga termasuk mencegah pabrik batu bata beroperasi dan penduduk mengakses layanan dasar seperti listrik dan air minum.
Militer juga memotong jalan menuju desa Mahdia dan Naga Shaibana.
Sumber-sumber suku yang sama, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan langkah-langkah tersebut secara praktis telah memperluas zona penyangga 2014 untuk mencakup wilayah selatan Rafah. Benteng kelompok Wilayat Sinai berada lebih jauh ke timur di Sinai, dekat perbatasan dengan “Israel” dan Jalur Gaza.
Komunitas Badui Sinai mempertanyakan mengapa zona penyangga sekarang meluas ke daerah yang berbatasan dengan “Israel” dan bukan hanya Jalur Gaza.
Mereka juga menyuarakan keprihatinan bahwa rencana itu bertujuan untuk mengusir penduduk asli daerah itu dari tanah mereka.
Pemberontakan terkait ISIS telah berkecamuk selama bertahun-tahun di utara Semenanjung Sinai. Ini meningkat setelah kudeta militer 2013 yang dipimpin oleh Presiden saat ini Abdel Fattah al-Sisi.
Konflik sebagian besar terjadi di luar pandangan publik, dengan wartawan dan pengamat luar dilarang masuk ke daerah tersebut. Pertempuran sejauh ini belum meluas ke ujung selatan semenanjung, tempat resor wisata populer Laut Merah di Sharm al-Sheikh berada.
Pada Februari 2018, militer melancarkan operasi besar-besaran di wilayah yang juga mencakup sebagian Delta Nil dan gurun di sepanjang perbatasan barat negara itu dengan Libya. Namun militan tampaknya menjadi lebih berani dalam beberapa bulan terakhir, mengepung infrastruktur vital di timur Terusan Suez pada Agustus.
Meskipun tidak ada korban tewas resmi, diyakini ratusan tentara Mesir, warga sipil dan militan tewas dalam kekerasan yang sedang berlangsung. (zarahamala/arrahmah.id)