YERUSALEM (Arrahmah.com) – Tasnim al-Gamal, seorang mahasiswa seni rupa di Palestina, menggunakan jari-jarinya untuk menggambarkan adegan dari apa yang banyak orang Palestina menyebutnya sebagai “intifada” baru yang dipicu oleh pelanggaran “Israel” bulan lalu di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Rabu (4/11/2015), al-Gamal mengatakan, lukisan yang “bahasa internasional” merupakan cara yang efektif untuk menggambarkan kekerasan yang diderita oleh rakyat Palestina di tangan pasukan “Israel”.
Sejak 1 Oktober, lebih dari 70 warga Palestina – termasuk sejumlah perempuan dan anak-anak – tewas di tangan pasukan “Israel” di Tepi Barat yang diduduki “Israel” dan di Jalur Gaza yang diblokade.
Al-Gamal, (20), yang tinggal di kota Rafah di selatan Jalur Gaza, mengatakan ia mulai melukis karena ia ingin menjadi bagian dari perjuangan Warga Palestina dalam melawan pelanggaran dan kekerasan “Israel” yang sedang berlangsung.
“Saya berpikir tentang bagaimana saya bisa berkontribusi untuk perjuangan dan menyadari bahwa lukisan adegan intifadah – dan menunjukkan ketabahan rakyat Palestina – adalah cara yang paling efektif,” katanya kepada Anadolu Agency.
“Seni merupakan media internasional; itu dipahami oleh seluruh dunia,” katanya.
Al-Gamal memulai lukisan jarinya empat bulan yang lalu. Sejak itu, dua lukisannya telah dipamerkan di sebuah universitas lokal, di mana lukisan-lukisan itu telah menuai pujian dari guru dan rekan-rekannya.
“Saya mulai dengan menggambar foto [intifadhah] yang saya temukan secara online, menggunakan pensil,” jelasnya.
“Lalu, saya mewarnai lukisan-lukisan itu dengan jari-jari saya,” tambahnya.
“Jari saya selalu diwarnai dengan warna-warna sekarang, tapi saya tidak keberatan. Sebenarnya, saya menyukainya.”
Menunjuk ke salah satu dari beberapa lukisan yang digantung di kamarnya, dia berkata: “Dalam lukisan ini, seorang gadis memegang kunci pintu di tangannya, melambangkan impian warga Palestina satu hari nanti kembali ke rumah leluhur mereka.”
“Di sini saya mengekspresikan ide bahwa kami tidak akan pernah meninggalkan tanah air kami; yang – suatu hari nanti – kami akan kembali,” tambahnya.
(ameera/arrahmah.com)