Sekitar 20. 000 warga Palestina terancam terlantar kehidupannya menyusul rencana pemerintah Israel untuk memperluas dinding pemisah lebih jauh ke wilayah Tepi Barat, mencakup dua pemukiman warga Yahudi di wilayah itu.
Surat kabar terbitan Israel, Haaretz menyebutkan bahwa PM Israel, Ehud Olmert sudah menyetujui rencana tersebut. Namun berita itu dibantah oleh kantor perdana menteri dan mengatakan bahwa Olmert baru memerintahkan para pejabatnya untuk meneliti kemungkinan itu.
“Setelah melakukan penelitian, masalah ini akan dibicarkan dulu dengan kabinet,” demikian bunyi pernyataan kantor Olmert, tanpa menyebutkan kapan masalah itu akan dibahas di kabinet.
Jurubicara Olmert, Miri Eisin juga mengatakan bahwa laporan Haaretz itu tidak benar, karena Olmert “bisa dengan mudah menolak keputusan kabinet” atas rencana rute baru tersebut.
Haaretz menyatakan, rute baru dinding pemisah Israel itu akan melindungi dua pemukiman Yahudi, Naaleh dan Nili yang berada di wilayah Palestina di Tepi Barat, yang dihuni oleh sekitar 1. 500 warga Israel. Dan menurut Haaretz, warga Israel di kedua pemukiman itulah yang meminta agar dinding pemisah diperluas.
Yang akan paling menderita dengan adanya rute baru itu nantinya, adalah sekitar 20. 000 ribu warga Palestina. Mereka bakal terkurung di antara dinding pembatas dan perbatasan Israel.
Kepala kordinasi bantuan kemanusiaan PBB, David Shearer pada situs al-Jazeera mengatakan, dinding pemisah yang dibangun sampai 22 kilometer di titik terdalam wilayah Tepi Barat, telah memutus hubungan “warga Palestina dari warga Palestina” lainnya.
Keberadaan dinding pemisah itu, telah menyebabkan warga Palestina makin sulit melintasi wilayah Palestina dari kedua belah sisi, menyebabkan mereka terpisah dari kerabat, pekerjaan dan tanah air mereka.
Sampai saat ini, pembangunan dinding pemisah di Tepi Barat oleh Israel baru selesai 2/3 nya dari keseluruhan rencana pembangunan sepanjang 680 kilometer.
Israel membangun dinding pemisah itu dengan alasan untuk mencegah aksi-aksi bom bunuh diri ke wilayah Israel. Dinding pemisah itu, nantinya akan dilengkapi dengan kawat berduri dan alat sensor elektronik.
Bagi Palestina, pembangunan dinding pemisah tersebut dipandang sebagai upaya Israel untuk mengambil wilayah Palestina yang ingin mendirikan sebuah negara sendiri di masa datang.
Juru runding Palestina dengan Israel, Saeb Erekat menilai tindakan Israel membangun dinding pemisah itu, menghambat berbagai upaya yang sedang dilakukan dalam proses perdamaian.
Rumah Warga Palestina Dihancurkan
Seiring dengan berita tentang rencana Israel memperluas pembangunan dinding pemisah, di Yerusalem Timur, otoritas Israel menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina. Israel menuding rumah-rumah itu dibangun secara ilegal.
Sementara menurut warga, mereka sudah mendapatkan izin dan apa yang dilakukan Israel hanya upaya untuk merebut tanah-tanah mereka.
“Mereka bilang, mereka menggusur rumah karena terlalu dekat dinding pemisah dan kami tidak punya izin mendirikan bangunan. Sekarang, ke luarga saya tidak tahu harus pergi ke mana,” kata seorang warga.
Dalam setahun ini, lebih dari 400 rumah milik warga Palestina dihancurkan oleh pemerintah Israel, dengan alasan terlalu dekat dengan dinding dan tidak memiliki izin mendirikan bangunan. (ln/aljz/eramuslim)