MOSUL (Arrahmah.com) – Sejak terakhir kali Islamic State (atau yang lebih dikenal dengan sebutan ISIS) dikalahkan koalisi internasional di Mosul, hampir tidak ada kemajuan terkait pemulangan pengungsi ke rumah mereka. Warga Mosul banyak yang dilarang kembali ke Mosul oleh Popular Mobilisation Units.
“Mereka adalah loyalis Iran,” kata Taha Saber Saleh yang telah menghabiskan empat tahun terakhir di sebuah tenda di luar kota Hassan Sham, seperti dilansir The Guardian pada Sabtu (24/10/2020).
Baginya, warga Irak tidak akan pernah bersatu dengan mereka hingga kelompok pro Iran ini meninggalkan wilayah mereka. Di kamp Debaga, Saddam Al-Zunaidi yang berasal dari daerah Ba’aj, mengatakan dia tidak akan pernah pulang. “Mereka tidak mengizinkan satu orang pun kembali. Ini wilayah strategis bagi mereka.”
Organisasi bantuan dan kelompok kemanusiaan, mengatakan bahwa penundaan dalam pemulangan pengungsi Mosul ke rumah mereka dapat menciptakan masalah baru dan permanen bagi masyarakat Irak.
“Kegagalan untuk mengasimilasi sebagian besar orang Arab, yang hamper smeuanya Sunni, akan memiliki implikasi jangka panjang yang menghancurkan,” kata Belkis Wille, peneliti konflik dan krisis senior di Human Rights Watch. “Hal ini akan menciptakan lebih banyak kemarahan dan kebencian.”
“Sejak pertempuran melawan ISIS diakhiri, sangat sedikit upaya pemerintah Irak yang mendorong terjadinya rekonsiliasi. Sebaliknya, pemerintah berfokus pada hal-hal seperti penuntutan atau balas dendam negara kepada siapa saja yang membantu dan menjadi bagian dari ISIS.”
Menurut Belkis, warga Mosul mengungsi karena khawatir atas serangan udara berbulan-bulan yang dilakukan pada IS. Dipengungsian mereka tidak memiliki akses rumah sakit atau layanan dasar lainnya, Di saat perang berakhir, mereka justru malah dilarang masuk hatta untuk kembali ke rumah mereka sendiri. (Hanoum/Arrahmah.com)