RABAT (Arrahmah.id) – Puluhan ribu warga Maroko pada Ahad (6/4/2025) memprotes serangan terbaru “Israel” di Gaza, menempatkan kemarahan terhadap Presiden AS Donald Trump di tengah protes mereka.
Dalam protes terbesar yang pernah terjadi di Maroko dalam beberapa bulan terakhir, para demonstran mengecam “Israel”, Amerika Serikat dan pemerintah mereka sendiri. Beberapa menginjak bendera “Israel”, memegang spanduk yang menunjukkan para pemimpin Hamas yang terbunuh dan melambaikan poster yang menyandingkan Trump dengan warga Palestina yang mengungsi dan meninggalkan rumah mereka.
Para peserta aksi mengutuk operasi militer “Israel” yang sedang berlangsung di Gaza. Ratusan warga Palestina telah terbunuh sejak “Israel” melakukan serangan udara dan darat bulan lalu, yang bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ada, lansir AP.
Protes-protes semacam ini telah meletus di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, di mana para pemimpin biasanya khawatir bahwa demonstrasi-demonstrasi tersebut akan merusak stabilitas dalam negeri. Demonstrasi pro-Palestina juga terjadi akhir pekan ini di ibu kota Tunisia dan Yaman serta di kota terpadat di Maroko, Casablanca.
Di negara-negara yang secara historis bersekutu dengan AS, reaksi anti-Trump telah muncul sebagai sebuah tema. Para demonstran di Rabat pada Ahad (6/4) mengutuk usulannya untuk memindahkan jutaan warga Palestina untuk memberi jalan bagi pembangunan kembali Gaza. serta upaya AS untuk mengejar para aktivis pro-Palestina.

Namun, banyak orang Maroko mengatakan bahwa mereka melihat kebijakan Trump sebagian besar konsisten dengan kebijakan pendahulunya, Joe Biden.
“(Trump) telah memperburuk perang,” kata Mohammed Toussi, yang melakukan perjalanan dari Casablanca bersama keluarganya untuk melakukan protes.
“Biden menyembunyikan beberapa hal, tetapi Trump telah menunjukkan semuanya,” tambahnya, mengibaratkan posisi mereka tetapi tidak dengan pesan mereka.
Para pengunjuk rasa, kata Toussi, tetap marah atas keputusan Maroko pada 2020 untuk menormalisasi hubungan dengan “Israel”.
Abdelhak El Arabi, seorang penasihat mantan perdana menteri Maroko, mengatakan bahwa alasan-alasan rakyat Maroko melakukan protes telah berkembang selama perang berlangsung. Ia memperkirakan kemarahan rakyat akan terus berlanjut hingga perang berakhir.
“Ini bukan perang, Gaza sedang dihapuskan dari muka bumi,” ujar pria berusia 62 tahun asal Tamesna itu.
Demonstrasi telah melibatkan berbagai kelompok, termasuk asosiasi Islamis al Adl Wal Ihsan. Pihak berwenang Maroko menoleransi sebagian besar protes, tetapi telah menangkap beberapa aktivis yang berunjuk rasa di depan bisnis atau kedutaan asing atau melibatkan kerajaan dalam keluhan mereka.
Perang dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerang “Israel” selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 251 orang. Sebagian besar dari mereka telah dibebaskan melalui perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan lainnya.
Lebih dari 50.000 warga Palestina telah terbunuh sebagai bagian dari serangan “Israel”, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak menyebutkan apakah mereka yang terbunuh adalah warga sipil atau kombatan. Perang telah menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza hancur, dan pada puncaknya menyebabkan sekitar 90 persen penduduk mengungsi. (haninmazaya/arrahmah.id)