DAMASKUS (Arrahmah.com) -Kelaparan sedang melanda penduduk Madaya yang telah diblokade oleh rezim Asad dan militan Hizbullah selama hampir 200 hari.
Orang-orang dari kota Madaya telah berjuang untuk bertahan hidup. Banyak warga yang mencoba untuk tetap hidup dengan mengkonsumsi garam yang dilarutkan dalam air panas, lansir Anadolu Agency, Jum’at (8/1/2016).
Bulan lalu, sebanyak 23 orang, termasuk enam anak, meninggal karena kelaparan di Madaya, menurut laporan komite kesehatan di kota itu.
Lebih dari 20.000 anak-anak di kota yang terkepung itu menderita kepadaran, ungkap Badan Anak PBB, pada Jum’at (8/1).
Seorang wanita di kota itu, yang tidak mau menyebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ia biasa memberikan suaminya air asin untuk menolongnya agar tetap hidup. Sekarang, kakinya bengkak dan hampir tidak bisa melihat.
Nidal Muhammad, (12), mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa dia tidak punya apa-apa untuk dimakan selama enam hari dan air adalah satu-satunya sumber nutrisi.
“Kondisi kesehatan Ibu saya memburuk, dan kami tidak dapat menemukan susu untuk adik saya,” kata Muhammad. “Kita hidup dari air.”
Penduduk Madaya yang lain, Khaled Abu Fadel, mengatakan bahwa cuaca dingin telah membatasi peluang untuk berburu binatang.
Kondisi kehidupan di kota Madaya semakin memburuk saat musim dingin tiba. Tidak ada listrik, dan banyak orang terpaksa menggunakan apa yang tersisa dari rumah mereka yang telah hancur untuk menyalakan api, kata laporan itu.
Menurut sumber-sumber lokal, harga pangan melonjak secara dramatis sejak blokade rezim mulai. Satu kilogram beras sekarang dilaporkan seharga sekitar $115.
Rezim Suriah telah setuju untuk mengizinkan bantuan memasuki Madaya, kata PBB, Kamis (7/1).
PBB menambahkan bahwa bantuan akan mencapai Madaya dalam beberapa hari mendatang.
(ameera/arrahmah.com)