Kota Fallujah yang terletak di provinsi Anbar, 50 km sebelah barat dari kota Baghdad yang berada di bawah kendali ISIS sejak tahun 2014 saat ini berada di bawah pengepungan pasukan tentara Irak dan milisi Syiah sejak adanya serangan militer untuk mengusir ISIS dari provinsi Anbar Juli lalu. Sepertiga dari provinsi Anbar dihuni oleh kaum sunni
Menurut warga dan pejabat setempat, warga sipil Irak di kota Fallujah antara 8000-10.000 orang menderita kekurangan makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Hussen (59), warga Fallujah berkata “kami dikepung, tidak ada makanan dan obat-obatan yang dibawa ke Fallujah, kami menderita dalam waktu yang lama” ungkapnya kepada Al-Jazeera
Para pengunjuk rasa menuntut “adanya konstitusi baru tentang terorisme dan pelepasan ribuan warga Irak yang ditahan tanpa adanya pengadilan, khususnya para perempuan”.
Pada bulan Januari 2014, Fallujah adalah kota Irak pertama yang jatuh ke tangan ISIS. Akhir tahun lalu, tentara Irak, polisi dan milisi Syiah memberlakukan pengepungan total, namun masih ada beberapa rute yang dibuka untuk mengirim pasokan makanan. Militer Irak melancarkan serangan untuk merebut kembali Anbar pada Juli lalu. Saat itu pengepungan semakin diperketat, dan krisis kemanusiaan mulai terjadi.
Kurangnya pasokan medis di rumah sakit Fallujah mengakibatkan operasi dalam pengobatan kurang maksimal, hingga jumlah korban terus meningkat karena pemboman yang terus-menerus.
Menurut Issa sayyat Al-Isawi, gubernur Fallujah mengatakan “situasi kemanusiaan semakin memburuk, terdapat korban dari kelaparan ini seorang ibu dan ketiga anaknya”
Aktivis telah meluncurkan kampanye media sosial yang bertujuan untuk mengekspos bencana kemanusiaan di kota Fallujah.
(maheera/arrahmah.com)