TEL AVIV (Arrahmah.id) — Para pengunjuk rasa warga Israel menerobos masuk ke pangkalan militer pada Senin (29/7/2024) setelah militer membuka penyelidikan, atas dugaan penyiksaan terhadap seorang pria Palestina yang ditahan di kamp tahanan. Kamp itu menahan warga Palestina yang ditangkap selama perang Gaza.
“Tentara di negara ini adalah sebuah konsensus. Jika mereka menyentuh tentara kami, kami akan membangun benteng. Rakyat akan bangkit melawan pemerintah, baik kiri atau kanan atau apa pun. Tidak seorang pun dapat menyentuh tentara kami,” kata Jen Frieman, salah seorang pedemo, dikutip dari Anadolu Agency (30/7).
Militer mengatakan Advokat Jenderal mereka telah memerintahkan penyelidikan “setelah adanya dugaan pemerkosaan dan penyiksaan berat terhadap seorang tahanan yang menyebakan korban tidak dapat berjalan da dibawa ke rumah sakit.” Tidak ada perincian lebih lanjut yang diberikan.
Radio Angkatan Darat Israel mengatakan, polisi militer tiba di tempat penahanan Sde Teiman, di mana sekitar 10 tentara cadangan diduga menyiksa seorang tahanan pria yang ditangkap dari unit elit kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Para pengunjuk rasa juga berkumpul di pangkalan militer Beit Lid, memegang spanduk dan berteriak menentang penyelidikan tersebut.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia, termasuk Asosiasi Hak Sipil di Israel (ACRI), telah menuduhkan penyiksaan serius terhadap tahanan di kamp tersebut, bekas pangkalan militer di gurun Negev, yang telah diumumkan oleh Israel akan ditutup secara bertahap. Militer sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki tuduhan penyiksaan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengecam upaya pembobolan markas militer tersebut.
Letnan Jenderal Herzi Halevi, kepala staf militer, mengecam protes tersebut dan membela penyelidikan yang dilakukan, yang menurutnya menjunjung tinggi kehormatan militer Israel. (hanoum/arrahmah.id)