KAIRO (Arrahmah.com) – Tiga tersangka “Israel” telah mengakui menculik dan membakar hidup-hidup remaja warga Palestina yang menyulut memanasnya situasi di Jalur Gaza yang berujung pada invasi “Israel” di Jalur Gaza.
“Saya tidak memiliki kedamaian dalam hati saya, bahkan jika mereka yang katanya membunuh anak saya telah ditangkap,” ibu Muhammad Abu Khdeir, Suha, mengatakan kepada surat kabar Independent pada Senin, (15/7/2014). .
“Mereka harus memperlakukan para tersangka itu seperti cara mereka memperlakukan kami.“
Para tersangka Yahudi itu mengaku memukul Abu Khdeir, (16), dengan besi, dan membakarnya saat dia masih hidup sebelum pergi meninggalkan lokasi itu pada tanggal 2 Juli, beberapa jam setelah penculikan Abu Khdeir.
Para tersangka, seorang pria berusia 29 tahun dan dua remaja berusia 17 tahun, menangkap remaja Palestina itu dari jalanan dan membawanya ke hutan Yerusalem sebelum kemudian membakarnya.
“Pada tanggal 2 Juli 2014, tiga tersangka itu sepakat untuk menculik dan membunuh orang Arab. Mereka mencari korban di beberapa lingkungan Arab di Yerusalem Timur, akhirnya tiba di Shoafat,” pernyataan para penyelidik yang dikutip oleh surat kabar Haaretz.
“Ketika mereka melihat bahwa remaja Muhammad Abu Khdeir sedang sendirian, mereka menangkapnya, memaksanya masuk ke dalam mobil mereka, memukuli dan menyetrumnya dan membawanya ke hutan di Yerusalem.
“Di sana mereka melemparkannya keluar dari mobil, menuangkan bensin ke tubuhnya, membakarnya dan kemudian melarikan diri.”
Pengakuan dari para penjahat “Israel” itu menguatkan laporan otopsi yang menunjukkan bahwa remaja Palestina itu telah dibakar hidup-hidup.
Beberapa hari setelah pembunuhan Muhammad Abu Khudair, sepupunya yang berusia 15 tahun juga ditangkap dan dipukuli oleh polisi “Israel” atas partisipasinya dalam protes.
Sejak hilangnya tiga remaja Yahudi awal bulan ini, pasukan pendudukan “Israel” telah menyerbu Tepi Barat, menangkap ratusan warga Palestina.
Meskipun tidak ada pihak yang telah mengaku bertanggung jawab atas penculikan yang diduga itu, media “Israel” berspekulasi bahwa ketiganya mungkin telah diculik oleh Hamas, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Hamas.
Banyak warga Palestina yang percaya bahwa Netanyahu telah merencanakan serangan terhadap Hamas selama berbulan-bulan sebelum penculikan itu. Serangan di Gaza adalah trik terakhir Netanyahu, setelah sebelumnya mencoba untuk melumpuhkan pemerintah persatuan baru dan memblokir pembayaran gaji kepada ribuan karyawan Gaza.
“Israel” secara pribadi telah mengungkapkan tentang pesan dari penguasa militer baru di Mesir yang menyatakan bahwa sekarang adalah waktu terbaik untuk menyerang Gaza dan menghabisi Hamas. Rezim Kairo yang baru, yang menggulingkan presiden terpilih secara demokratis pertama dalam sejarah Mesir, telah memperketat pengepungan di Gaza dengan mempertahankan penutupan perbatasan Rafah dengan Mesir dan menghancurkan terowongan, dan pada saat yang sama “Israel” memberlakukan pengepungan ketat di darat, laut dan udara.
Seperti biasa, “Israel” mencoba untuk meyakinkan dunia bahwa serangannya itu hanya untuk menanggapi rudal Hamas yang menembaki kota-kota “Israel”. Padahal, sejak gencatan senjata terakhir yang ditengahi Mesir di bawah kepemimpinan presiden Muhammad Mursi, Hamas telah mencoba menahan diri dan juga mengajak faksi lain yang lebih kecil untuk menahan diri dan tidak menanggapi pembunuhan dan pengeboman rudal yang sering dilakukan oleh “Israel”. Prioritas Semua orang adalah untuk mengakhiri pengepungan daripada terlibat dalam perang baru.
Para pemimpin “Israel” telah membenarkan pemboman rumah dan pembunuhan perempuan dan anak-anak dengan mengklaim bahwa warga sipil ini digunakan oleh Hamas sebagai tameng manusia. Namun nyatanya, pesawat-pesawat tempur “Israel” juga menyasar pusat penyandang cacat. Tidak diragukan lagi bahwa serangan-serangan ini, yang tidak dapat digambarkan sebagai apa pun kecuali kejahatan perang, sungguh memalukan bahkan bagi beberapa pendukung setia “Israel” di barat.
(ameera/arrahmah.com)