WASHINGTON (Arrahmah.com) – Warga Iran-Amerika ditahan dan diinterogasi selama berjam-jam di perbatasan AS di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Telah dilaporkan bahwa beberapa orang ditahan selama 12 jam, dan diberikan pertanyaan tentang pandangan mereka mengenai situasi dengan Iran meskipun mereka telah menjadi warga negara AS atau memiliki dokumentasi yang legal untuk melintasi perbatasan.
Seorang warga negara Kanada dengan kartu hijau, Sepehr Ebrahimzadeh, menggambarkan adegan kacau di perbatasan AS, lansir BBC (7/1/2020).
Dia mengatakan dan yang lainnya bersama-sama menunggu untuk ditanyai tentang akun media sosial mereka, dan dia sendiri diperiksa tentang kehidupannya di Iran, termasuk tahun-tahun sekolah menengahnya, dinas militer dan ayahnya.
Yang lain mengisahkan ketakutan anak-anaknya ketika mereka berusaha menyeberangi perbatasan ke Amerika Serikat dalam perjalanan pulang dari liburan keluarga di Kanada.
Seorang ibu Iran-Amerika, Negah Hekmati, mengatakan pada konferensi pers di Seattle: “Anak saya berkata, ‘tolong jangan berbicara dengan bahasa Farsi. Jika kamu tidak berbicara bahasa Farsi mungkin mereka tidak akan membawamu’.”
Ia melanjutkan: “Bagi saya sebagai seorang imigran, saya sudah terbiasa, sayangnya, untuk anak-anak saya itu tidak boleh, dan saya khawatir itu adalah lereng yang licin.”
“Anak-anakku harus bangga dengan leluhur mereka, warisan mereka.”
Juga menurut kelompok advokasi Muslim, Dewan Hubungan Amerika-Islam, bahwa paspor orang-orang keturunan Iran ditahan sementara waktu, dan mereka ditanyai tentang pandangan politik mereka.
Namun, pejabat perbatasan mengeluarkan bantahan mengenai laporan tersebut. Seorang juru bicara CBP mengklaim bahwa pemeriksaan itu dilakukan karena musim liburan. (haninmazaya/arrahmah.com)