Bukan hanya warga asing yang di mata-matai dinas intelijen Amerika. Warga negara Amerika Serikat, baik sipil maupun militer pun diam-diam sejak lama telah dipantau oleh Pentagon dan Central Intelligence Agency (CIA), utamanya lewat aliran keuangan mereka.
The New York Times pada tanggal 14 Januari lalu memaparkan bahwa sesekali terjadi konflik kepentingan dan kekuasaan antara agen-agen CIA dengan agen-agen FBI yang sesungguhnya memang lebih berwenang di dalam menciptakan dan menjamin keamanan di dalam negeri AS. Dalam hal ini, CIA bertugas mengawasi warganegara sipil sedangkan Pentagon mengawasi kalangan militer.
Salah satu cara yang paling efektif dalam memantau keuangan warganegaranya, CIA menekan lembaga keuangan seperti lembaga perbankan dan lembaga kredit untuk ‘membagi’ catatan keuangan nasabahnya kepada mereka. Ini dikatakan penting dengan dalih memantau kegiatan teroris dari yang paling kecil di dalam negeri.
Upaya ini tidak sepenuhnya didukung Kongres AS. Pada tahun 2001, Kongres menolak dua agen CIA yang ingin mengetahui aliran keuangan lebih jauh dari sejumlah warga negara AS dan mengatakan bahwa CIA telah jauh melampaui kewenangannya yang seharusnya menjadi tugas dari agen federal.
Beberapa anggota Kongres bahkan menuding pemerintahan Bush telah melakukan kegiatan ilegal, dengan menugaskan lembaga yang di dalam hukum AS tidak berhak mengawasi warganegaranya sendiri seperti CIA dan Pentagon untuk melakukan tugas mata-mata.
The New York Times juga mengungkapkan bahwa bukan hanya CIA dan Pentagon saja yang telah diberi tugas ilegal, tetapi juga National Security Agency (NSA).
Sejak peristiwa 11 September 2001, Gedung Putih memang mengeluarkan banyak sekali kebijakan yang bertujuan untuk meminimalisir segala celah bagi teroris untuk bergiat di Amerika. Salah satu tekanan utama pemerintahan Bush adalah dengan mengawasi jalur-jalur keuangan yang ada di seluruh Amerika dan jaringannya yang mendunia.
Namun langkah Gedung Putih ini tidak selamanya disetujui rakyatnya. Sejumlah anggota Kongres pun pernah menyerang kebijakan ini dan menyebutnya sebagai sikap kalap pemerintah.
Walau demikian, bagi Bush dan kelompoknya di Gedung Putih seperti Condoleezza Rice, Wolfowitz, dan Dick Cheney, mereka tetap berjalan dengan agenda-agendanya walau banyak rakyatnya sendiri tidak menyetujuinya.(Rz/Iol/era)