BAGHDAD (Arrahmah.com) – Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence telah tiba di Irak dalam kunjungan mendadak ke pangkalan udara al-Asad di provinsi Anbar di bagian barat negara yang tengah diguncang oleh protes anti-pemerintah beberapa minggu ini.
Pence, pada kunjungan pertamanya ke Irak, pada Sabtu (23/11/2019) juga berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi dan bertemu dengan presiden wilayah otonomi Kurdistan, Nerchirvan Barzani, di Erbil.
Menurut sebuah sumber di kantor perdana menteri, dalam panggilan telepon itu kedua pihak berdiskusi tentang cara-cara untuk memperkuat hubungan bilateral antara AS dan Irak, dan kemungkinan solusi untuk krisis saat ini di negara kaya minyak itu.
“Panggilan telepon membahas perkembangan di Irak dan upaya reformasi pemerintah dalam menanggapi tuntutan para pemrotes,” kata sebuah pernyataan dari kantor perdana menteri.
Menurut laporan media AS, Pence juga mengatakan kepada Abdul Mahdi bahwa ia melakukan perjalanan ke Irak untuk “menyampaikan rasa terima kasihnya” kepada para pelayan negara.
Di Erbil, Pence mengatakan kepada wartawan bahwa AS menghormati kedaulatan Irak dan bahwa Abdul Mahdi meyakinkannya bahwa pasukan keamanan Irak tidak akan menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang damai.
Kunjungan itu dilakukan di tengah-tengah minggu meningkatnya protes anti-pemerintah di Baghdad serta di seluruh Irak terutama di selatan. Demonstran yang turun ke jalan sejak awal Oktober menuntut layanan dasar dan mengakhiri korupsi.
Mereka juga menuntut agar pemerintah mundur dan pemilihan umum baru diadakan.
Awal bulan ini, AS bergabung dengan PBB dalam mendesak pemerintah Irak untuk mengadakan pemilihan awal dan “menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa”. Kekerasan yang meningkat telah menewaskan sedikitnya 325 pengunjuk rasa dan melukai 15.000 lainnya.
Pada Sabtu (23/11), satu pemrotes tewas dan sedikitnya 10 lainnya terluka dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Irak di Jembatan al-Ahrar, menurut saksi mata. Pemerintah Irak membantah laporan itu.
Kunjungan Pence juga dilihat oleh para pengamat sebagai cara untuk meyakinkan Kurdi di Suriah utara. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah AS bertujuan untuk bekerja dengan Kurdi untuk menstabilkan situasi di Suriah.
Pence mengunjungi Ankara bulan lalu, mengumumkan gencatan senjata setelah Turki setuju untuk menghentikan serangan militer di Suriah utara, yang memungkinkan pasukan Kurdi untuk menarik diri dari wilayah tersebut.
Kunjungan Pence ke Irak mengingatkan pada kunjungan mendadak Presiden AS Donald Trump ke pasukan AS di pangkalan angkatan udara di Irak selama Natal tahun lalu. Trump, kemudian, tidak bertemu dengan perdana menteri Irak.
Menurut pernyataan Gedung Putih pada waktu itu, Trump dan istrinya Melania melakukan perjalanan ke Irak untuk berterima kasih kepada pasukan AS atas “layanan mereka, keberhasilan mereka dan pengorbanan mereka”.
Para pemimpin politik Irak mengecam kunjungan mendadak Trump sebagai “pelanggaran mencolok norma-norma diplomatik” dan menunjukkan “penghinaan dan permusuhannya dalam berurusan dengan pemerintah Irak”.
Analis politik Irak Ali Hussein Allawi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kunjungan Pence dapat memicu reaksi serupa dari para pemimpin politik Irak.
“Kunjungan itu tidak akan menimbulkan banyak reaksi dari rakyat Irak karena mereka saat ini sibuk dengan protes dan menyerukan diakhirinya korupsi,” tuturnya.(Althaf/arrahmah.com)