Oleh: Betty Jn
(Arrahmah.com) – Siapakah sahabiyah beruntung yang meski masih di bumi namun telah mendapatkan posisi di surga? Bikin iri saja.
‘Atha Al Khurasani mengatakan: Diriwayatkan dari ‘Atha bin Abi Rabah, dia berkata, “Ibnu Abbas ra pernah berkata kepadaku, ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang wanita dari penduduk surga?’ Lalu dia menunjukkan kepadaku seorang wanita Habasyah yang berkulit kuning dan berperawakan tinggi besar, lalu ia berkata, ‘Dia pernah menemui Rasulullah SAW seraya berkata : ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menderita epilepsi dan auratku sering tersingkap (ketika sedang kambuh), maka berdoalah kepada Allah untukku agar Dia menyembuhkanku.’
Beliau SAW pun bersabda : ‘Jika engkau berkenan, maka aku akan berdoa kepada Allah untukmu agar Allah menyembuhkanmu dari penyakit yang menimpamu, dan Allah akan mencatat seluruh amal baik dan amal burukmu. Dan jika engkau berkenan, bersabarlah, maka bagimu surga.’ Maka wanita itu memilih bersabar dan surga. Kemudian wanita itu berkata lagi : ‘Sesungguhnya auratku sering tersingkap, maka berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.’ Maka beliaupun mendoakannya.” (HR. Al Bukhari ; Muslim)
Siapa wanita ini? Disebutkan dalam kitab Asadul Ghabah oleh Ibnul Atsir namanya adalah sayyidah Su’airah Al Asadiyyah. Sahabiyah dengan keimanan yang tak diragukan. Kataatan kepada Rabbnya melebihi apapun. Sehingga risau akan sakitnya yang menyebabkan sering tersingkap auratnya. Aurat yang diwajibkan oleh Allah SWT ditutup rapat.
Sebagaimana firman-Nya, yang menerangkan dengan apa wanita menutup auratnya ketika keluar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (TQS. An Nur: 31)
Juga firman Allah SWT,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al Ahzab: 59)
Perintah Allah SWT tersebut diperkuat sabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya seorang anak perempuan jika telah haid (baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali wajah dan kedua tangannya hingga pergelangan tangan.” (HR. Abu Dawud)
Jadi larangan atas kaum wanita menampakkan perhiasannya adalah larangan untuk menampakkan auratnya. (Nidzomul ijtima’i fil Islam, Taqiyuddin An Nabhani, hal. 61)
Perintah Allah SWT adalah kewajiban untuk dijalankan. Dengan visi besar kelak diganjar surga oleh Allah SWT. Visi itulah yang meneguhkan sayyidah Su’airah memilih bersabar dengan penyakitnya, namun berharap ia tetap bisa menjaga auratnya agar tidak tersingkap. Sehingga ia pun minta didoakan oleh Rasulullah SAW ketika penyakitnya kambuh auratnya tetap terjaga. Subhanallah.
Bagaimana dengan para muslimah masa kini? Hendaknya para muslimah menjadikan sayyidah Su’airah sebagai teladan dalam ketaatan menjaga auratnya dari diumbar di hadapan khalayak. Menutup auratnya dengan sempurna sebagaimana Islam telah menuntunnya. Agar Allah SWT menutupi dengan perlindungan-Nya di dunia maupun di akhirat kelak. Wallahua’lam.
*Disarikan dari buku 66 Muslimah Pengukir Sejarah
(ameera/arrahmah.com)