SURABAYA (Arrahmah.com) – WaliKota Surabaya tegas berketapan untuk menutup praktik maksiat perzinahan terbesar di Asia Tenggara, Dolly pada hari Rabu 18 Juni 2014 mendatang.
Alasan moral dan keagamaan, serta masa depan anak-anak di sekitar lokalisasi Dolly dan Jarak menjadi hal yang utama. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku, sangat menyayangkan masa depan anak-anak sekitar lokalisasi jika mereka terus bersinggungan langsung dengan pekerjaan maksiat tersebut.
Apalagi, Risma mengatakan telah mendapatkan data banyaknya anak yang tinggal di kawasan Dolly yang sudah putus sekolah ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal, sambungnya, anak-anak yang tinggal di kawasan Dolly, Jarak dan Putat Jaya tersebut, punya hak untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang layak dan setara seperti anak-anak yang tinggal di aerah lainnya.
“Karena itu, insya Allah saya akan terus berjuang demi anak-anak agar memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Karena mereka bisa menjadi seperti ibu, bahkan lebih, bisa jadi gubernur, menteri atau bahkan presiden. Tidak ada yang tidak mungkin asal belajar yang giat,” jelas Risma, Jumat (13/6/2014), dikutip dari beritajatim.com.
Selanjutnya kata Risma, dirinya bukanlah seorang ulama sehingga tidak berhak untuk mengatakan kegiatan di lokalisasi tersebut bertentangan dengan hukum Tuhan. Pemkot Surabaya akan berupaya untuk mengangkat indeks pembangunan manusia (IPM) di kawasan tersebut. “Itu harapan kami. Sebab, IPM di sana rendah. Itu yang ingin saya angkat,” tandasnya.
Curhat siswa TK Aisyiyah
Sementara itu, Sebanyak 30 siswa-siswi TK Aisyiyah Bustanul Athfal 22, 24, dan 43, cabang Kecamatan Sawahan Kota Surabaya serta anak-anak Panti Asuhan Muhammadiyah Putat Jaya, mendatangi Balai Kota Surabaya, Jumat (13/6/2014). Mereka menyampaikan dukungan terhadap rencana Pemkot Surabaya menutup lokalisasi Dolly-Jarak pada 18 Juni mendatang.
Rombongan anak-anak panti asuhan tersebut diterima Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di ruang kerjanya. Mereka dengan lantang curhat kepada Risma, sapaan wali kota, dengan bergiliran membacakan surat dukungan yang ditulisnya di selembar kertas.
Dinda, salah satu murid TK Aisyiyah Bustanul Athfal, dengan suara mengalir pelan, menceritakan curahan hatinya. Bocah perempuan itu mengaku heran dengan perilaku orang-orang di sekitar tempat tinggalnya yang kini mudah sekali marah. “Teruslah maju dengan niatmu Bu Risma. Kami juga ingin bisa belajar dan bermain di lingkungan yang tenang dan tidak bising,” ujar Dinda.
Sementara murid TK Aisyiyah Bustanul Athfal lainnya, Faidizin, mengaku senang demi mendengar lokalisasi Dolly akan segera ditutup.Dengan nada polos, bocah laki-laki tersebut juga menguatkan wali kota Tri Rismaharini untuk tetap sabar dalam menghadapi segala tentangan dalam upaya pengalifungsian lokalisasi.
“Bunda, kami ingin hidup tenang seperti anak-anak lainnya. Kami selalu mendukung dan mendoakan ibu karena ini demi masa depan kami. Bunda akan memberi kami ketenangan, lingkungan yang nyaman, dan kebebasan, iya kan?” tanyanya pada teman-temannya yang kemudian disahuti teriakan “iya” dari teman-temannya.
Risma yang sejak awal khusyu mendengarkan murid-murid TK dan anak-anak panti asuhan itu membacakan surat dukungan, terlihat beberapa kali mengusap matanya dengan tisu yang dipegangnya. Matanya berkaca-kaca dan meneteskan air mata. Tak lama kemudian, dia memeluk bocah tersebut. (azm/arrahmah.com)