DHAKA (Arrahmah.id) – Jutaan siswa telah kembali ke sekolah-sekolah mereka di seluruh Bangladesh meskipun terjadi gelombang panas yang menyebabkan penutupan ruang kelas secara nasional akhir pekan lalu.
Pembukaan kembali sekolah pada Ahad (28/4/2024) terjadi ketika pihak berwenang mengeluarkan peringatan gelombang panas untuk tiga hari lagi saat negara Asia Selatan ini menghadapi gelombang panas terpanjang dalam 75 tahun terakhir.
Gelombang panas mencapai hari ke-29 pada Ahad, yang terpanjang sejak pemerintah mulai mencatatnya pada tahun 1948, kata ahli meteorologi Shaheenul Islam, seperti dilansir Al Jazeera.
Suhu tertinggi musim ini, yaitu 42,7 derajat Celcius, tercatat di distrik barat daya Chuadanga pada Jumat.
Suhu maksimum ibu kota Dhaka adalah 38,2 derajat pada hari itu, menurut data meteorologi. Suhu maksimum rata-rata di Dhaka selama sepekan terakhir adalah 4-5 derajat Celcius (7,2-9 derajat Fahrenheit) lebih tinggi dari rata-rata 30 tahun untuk periode yang sama.
Penelitian ilmiah yang ekstensif telah menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering, dan lebih intens.
Kelas-kelas dilanjutkan pada Ahad dengan para kerabat yang cemas mengantar anak-anak mereka ke gerbang sekolah untuk memulai pelajaran di Bangladesh, yang mengikuti pekan kerja Islam Ahad-Kamis.
“Saya pergi ke sekolah dengan anak perempuan saya yang berusia 13 tahun. Dia senang sekolahnya dibuka. Tetapi saya tegang,” kata Lucky Begum, yang putrinya terdaftar di sebuah sekolah negeri di Dhaka.
“Suhu panasnya terlalu tinggi,” katanya kepada kantor berita AFP. “Dia sudah mengalami ruam panas karena berkeringat. Saya harap dia tidak jatuh sakit.”
Sekitar 32 juta siswa tinggal di rumah akibat penutupan sekolah, kata Save the Children dalam sebuah pernyataan pekan ini.
Sebuah arahan dari otoritas pendidikan yang mengumumkan dimulainya kembali kelas-kelas mengatakan bahwa prasekolah akan tetap tutup sementara jam sekolah dasar akan dipersingkat.
Biro cuaca Bangladesh pada Ahad mengatakan bahwa gelombang panas akan terus berlanjut setidaknya selama tiga hari. Rekor cuaca panas sebelumnya adalah 23 hari pada tahun 2019, menurut data yang dilacak oleh departemen meteorologi Bangladesh.
Dokter Mohammad Niatuzzaman, kepala Rumah Sakit Mughdah yang dikelola pemerintah di Dhaka, mengatakan bahwa rumah sakitnya menerima banyak pasien yang menderita sengatan panas, dehidrasi, kelelahan, dan masalah pernapasan.
Peramal cuaca Kazi Jebunnesa mengatakan bahwa hujan kemungkinan akan turun setelah hari Kamis. Ahli meteorologi biro cuaca lainnya, Muhammad Abul Kalam Mallik, mengatakan kepada AFP bahwa Bangladesh belum pernah mengalami gelombang panas yang begitu hebat sejak pencatatan dimulai pada 1948.
“Ini adalah rekor dalam hal durasi dan cakupan wilayah di negara ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa suhu panas tersebut mempengaruhi sekitar tiga perempat wilayah negara ini.
Mallik mengatakan bahwa perubahan iklim dan penyebab-penyebab yang disebabkan oleh manusia, termasuk urbanisasi yang cepat, pembukaan hutan, penyusutan badan air dan peningkatan suhu udara adalah penyebabnya.
“Masalahnya, kita akan melihat lebih banyak lagi gelombang panas yang parah di masa depan,” katanya. (haninmazaya/arrahmah.id)