Sebuah pesan dari Asy Syahid (kama nahsabuh) Abu Dujanah Al Khurasany kembali di rilis oleh Fajjir Islamic Media. Pesan ini ditulis oleh beliau di sore hari amaliyah istisyhadiyah pada sekumpulan agen CIA di Khost. Selamat menikmati!
Segala puji bagi Allah Yang Esa lagi Maha Tinggi. Sholawat dan salam kepada yang suka tertawa dan membunuh, penghulu kita Muhammad beserta keluarga, seluruh sahabatnya, dan siapa saja yang meniti di atas petunjuk mereka hingga kiamat kelak.
Aku sambut kalian dengan ucapan islam:
Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh
Amma ba’du,
Ini adalah sebuah pesan singkat yang mentahridh untuk berjihad di jalan Allah, yang aku tinggalkan di mailbox seorang muslim yang masih bimbang antara mulianya berangkat berjihad dan hinanya duduk tertinggal.
Ketahuilah wahai saudaraku, aku mengkhususkan dirimu dengan pesan ini karena aku yakin bahwa engkau adalah orang yang paling dekat dengan mujahidin di jalan Allah. Hampir setiap mujahid yang akan berangkat berjihad pasti melalui fase ini, fase bimbang dan keengganan. Akan tetapi fase ini akan berlangsung singkat pada sebagian orang yang hanya memakan waktu selama beberapa hari atau beberapa jam atau beberapa menit, dan akan berlangsung lama pada sebagian orang hingga seluruh umurnya tak cukup untuk memberinya keputusan.
Dan jangan engkau kira wahai saudaraku tercinta, bahwa saudaramu ini, hamba yang faqir, tidak mengerti kondisimu. Aku telah hidup lama bersama kalian hingga seakan aku mengembara di salah satu lingkungan emosimu yang miskin atau membaringkan kepalaku di tempat yang keras lagi dingin di zona perbatasan antara sadar dan tidak sadar, dimana kalian sembunyikan rasa cinta akan jihad dari pandangan dan kalian hilangkan cinta itu layaknya seorang asing tanpa identitas atau seorang diri yang mencari teman.
Maka aku memanggilmu dari sana, dari lubuk hatimu yang dalam, dengan kata-kata yang hurufnya seakan potongan dari jasadku, bagaikan tulang belulang yang aku tebarkan di udara sekitarmu, agar selalu menggema di telingamu, dan agar aku tanamkan kata-kata itu seperti benih di hati nuranimu supaya menumbuhkan jihad jika aku menyiraminya dengan darahku besok.
Aaah.. kalau saja aku masih punya kata-kata selain ini untuk membuatmu pergi berjihad, maka aku akan terbang kepadamu tanpa sayap bagaikan sepoi-sepoi yang mendahului angin, sampai aku berada di hadapan setiap orang dari kalian, tatapanku tertuju pada kedua matanya dan kedua tanganku berada di pundaknya. Aku menggoncangnya dengan sebuah goncangan dan aku bacakan kepadanya firman Allah ta’ala:
“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun.” (At-Taubah 9:39)
Aaah.. kalau saja aku punya jiwa sejumlah rambut kepalaku, maka aku akan mengirimkannya ke menara-menara masjid kaum muslimin untuk memanggil orang-orang di hari jumat: Wahai kalian yang memenuhi panggilan “Hayya ‘alash sholaah..”, Mari kita sholat, tidak ada kebaikan pada diri kalian jika kalian telantarkan panggilan “Hayya ‘alal jihaad..”, Mari kita berjihad.
Hingga kapan kecintaan akan jihad hanya sebatas lamunan dan bisikan jiwa, yang tidak nampak kecuali hanya dalam celotehan lidah?! Sampai kapan rasa cinta ini terkurangi dalam linangan air mata malu yang engkau teteskan di kala engkau melihat berbagai bencana yang menimpa kaum muslimin, atau dalam kegembiraan yang terungkap saat engkau mendengar nasyid atau saat engkau membaca sebuah puisi?! Hingga kapan kecintaan akan jihad hanya sebatas hobi dari hobi-hobimu yang kau habiskan di waktu-waktu luangmu?!
Kami tidak mencari para penonton yang menghayati dan bukan juga para simpatisan yang sensitif, sebenarnya kami mencari kalian di antara kami. Jika kami tidak menemukan kalian, kami akan terus mencari dan mencari. Kami akan menyerang kalian melalui berbagai rilis media kami. Kami akan melakukan ambush motivasi kepada kalian dan kami akan menanam ranjau yang mengobarkan semangat pada kalian. Dengan harapan semuanya akan meledak pada kalian sebagai teguran dan peringatan yang akan memenuhi pikiran kalian dan mengobarkan api kerinduan di hati kalian untuk bergabung bersama kafilah para ksatria. Jika kami menyibukkan diri dengan kalian daripada musuh kami, sungguh kami akan menyibukkan diri hingga kalian bergabung bersama kami.
Kami akan terus mencari kalian dan akan terus mencari seolah sebuah mimpi indah yang terkadang memikat kalian atau terkadang seperti bayangan mengerikan yang mengejar kalian. Dengan demikian kami akan mengganggu ketenangan kalian dan kami akan membuat hidup kalian menderita setiap kali kami ingatkan kalian akan penelantaran kalian terhadap mujahidin.
Kami akan mengirimkan pesan-pesan berkode kepada kalian dalam berbagai berita, koran-koran, dan situs-situs internet, yang tidak akan ada yang dapat memahaminya selain kalian. Setiap berita tentang kami akan kalian baca dan seakan berita itu berbicara tentang kalian. Setiap kisah tentang kami akan jelas dan seolah-olah kisah itu berbicara tentang kalian yang mengeluh kepada Allah akan ketertinggalan kalian dari kami. Kalian akan mendengarkan nama-nama kalian yang sebenarnya dan kalian akan menyaksikan gambar-gambar kalian di antara garis-garis, di antara kata-kata, dan di antara tayangan-tayangan. Dan sekarang kalian sudah terdapat dalam daftar DPO mujahidin. Kalian akan merasa bahwa mujahidin tidak akan menyerang selain menyerang kalian di dunia dan mereka tidak akan mentahridh untuk berperang kecuali kepada kalian, hingga kalian bergabung bersama kami.
Makna-makna ayat yang jelas dan matan-matan hadits yang shohih akan mengejar kalian. Kalian akan diikuti oleh bab-bab dalam siroh Ibnu Hisyam dan goresan para singa hutan yang menerangkan tentang para sahabat hingga terbayang dalam pikiranmu bahwa Umair bin Humam terbunuh dalam pertempuran Falujah atau Anas bin Nadhr telah melaksanakan amaliyah istisyhadiyah di Khost. Engkau tidak akan pernah merasakan nikmatnya kebiasaan dari berbagai kebiasaanmu dan bahkan engkau tidak akan merasakan nikmat dalam ibadahmu selama engkau masih duduk tertinggal dari jihad. Kami akan terus mencarimu dan akan terus mencari hingga engkau bergabung dengan kami.
Ikhwaty fiellah.. Allah menguji umat ini dengan para thoghut yang telah menjauhkan umat dari dien mereka. As-sunnah ditinggalkan dan bid’ah tersebar luas. Fitroh manusia telah rusak dan jihad fie sabilillah dianggap sebagai perbuatan yang sembrono dan judi dalam pandangan banyak kaum muslimin yang masih awam. Setan manusia duduk berdampingan dengan setan jin di jalan-jalan kaum muslimin untuk menghalangi mereka dari berjihad di jalan Allah dan setan-setan itu berkata kepadanya: “Apa kamu mau berjihad di jalan Allah lalu kamu akan terbunuh, istrimu dinikahi, dan anak-anakmu menjadi yatim?”. Setan-setan itu akan berkata kepadanya: “Pada siapa akan kau tinggalkan istrimu yang cuantik, siapa yang akan mengurus ibumu yang renta, siapa yang akan mengasuh anak-anakmu yang masih kecil dan bapakmu yang sudah tua? Bagaimana bisa kau tinggalkan pekerjaanmu yang mapan dan kau tinggalkan rumahmu yang mewah?”.
Adapun jika engkau mengatakan di hadapan mereka bahwa engkau akan pergi bukan untuk berjihad di jalan Allah, tapi untuk menghabiskan masa libur musim panas atau mengikuti seminar ilmu pengetahuan dunia sungguh engkau akan melihat wajah mereka riang gembira dan mereka akan berusaha membantumu dengan waktu, harta, dan nasehat. Dan mereka akan berharap sekiranya mereka bisa menemanimu walau hanya dalam tas.
“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.” (At-Taubah 9:42)
Waspadalah wahai saudaraku terhadap musuh-musuh yang bersembunyi di balik “baju” keluarga dan teman yang menghalangimu untuk melaksanakan kewajiban jihad. Berhati-hatilah, jangan sampai mereka menipumu dan menyesatkanmu.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (At-Taghobun 64:14)
Berhati-hatilah wahai engkau yang masih bimbang, untuk menerima hidup menurut pendirian orang lain setelah engkau mengerti yang haq dan kegembiraannya telah bercampur dengan hatimu. Jangan menjadi seperti Abu Tholib, paman nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, yang percaya bahwa anak saudaranya adalah seorang nabi yang diutus, akan tetapi saat kematian menjemputnya dia bersikukuh untuk menjadikan akhir hayatnya selaras dengan keinginan musuhnya. Dia berkata saat nafas terakhirnya: “(Aku mati) Di atas agama nenek moyang Quroisy”.
Wahai engkau yang telah mengerti bahwa jihad adalah haq lalu engkau memilih untuk duduk tertinggal: saat ajal menjemputmu di atas kasur sakit, dan suatu hari orang-orang, yang menganggap jihad sebagai hal yang membinasakan dan duduk tertinggal sebagai kelangsungan hidup, berada di sekitarmu, mereka saling bertukar pandang penuh simpati padamu dengan membisu sedih dan meneteskan air mata malu karena rasa cinta mereka yang sangat. Adapun yang lainnya, pikiran mereka disibukkan dengan persiapan untuk memandikan, penguburan, dan membayar tagihan rumah sakit. Mereka meninggalkan bunga di mejamu yang mereka tulisi di atasnya akhir dari kedustaan mereka padamu di dunia: semoga lekas sembuh, sementara itu mereka sudah yakin bahwa kematian akan menjemput untuk merenggutmu dari mereka.
Jika kematian telah menancapkan cakarnya *** Akan kau dapati setiap mantera tidak akan ada gunanya
Saat itu akan kau ingat pesanku ini, dirimu akan dipenuhi dengan penyesalan namun waktu sesal telah berlalu. Deretan para syuhada akan berlalu di hadapanmu dengan cepat: Hamzah bin Abdul Mutholib, Anas bin An-Nadhr, Abdullah Azzam, Abu Mush’ab Az-Zarqowy, Abul Laits Al-Liby, Abu Jihad Al-Mashry, lalu hidupmu akan nampak setelah deretan para syuhada itu. Alangkah celakanya, kematian menjemputmu begitu cepat. Saat itu engkau akan mengerti bahwa dirimu telah merugi dan orang-orang di sekitarmu yang duduk tertinggal telah mempecundangimu. Engkau akan tahu bahwa dirimu tidaklah sama dengan mujahidin yang kau cintai meski berbagai pandanganmu dan pengakuanmu akan cinta untuk pergi berjihad di jalan Allah menyerupai mereka. Mereka telah “mati” sebagaimana yang mereka cinta dan harapkan, sementara dirimu mati atas apa yang disukai oleh orang-orang yang duduk tertinggal di sekitarmu.. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.
Aku akan menceritakan sebuah kisah singkat kepadamu, semoga kisah ini dapat mendorongmu untuk berjihad di jalan Allah. Kisah seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda yang memutuskan untuk pergi berjihad di jalan Allah, namanya Ahmad. Seorang muslim non-arab yang menderita penyakit yang merusak kedua tulang keringnya, hampir saja dia tidak bisa berjalan kecuali di atas kedua tangannya. Akan tetapi jiwanya yang pantang menyerah bersikeras untuk bergabung bersama dengan ikhwannya di medan jihad. Ketika dia sampai di markas mujahidin, dia meminta kepada sang amir (komandan) untuk memasukkan namanya dalam jadwal jaga malam. Dan saat sang amir menerima permintaannya untuk menentramkan dirinya, dia mulai menangis oleh rasa senang dan bahagia karena kedua matanya akan berjaga malam di jalan Allah. Kala itu, Allah mentakdirkanku untuk tidur di luar dekat pos penjagaan sehingga aku bisa menyaksikan kejadian di malam itu.
Semenjak dimulainya jaga malam hingga awal sinar fajar, Ahmad masih duduk di atas kursi rodanya beribath jaga di jalan Allah, berdzikir kepada Allah meminta ampun seraya menangis. Karunia Allah pada lelaki ini telah mempesonakanku; Allah telah memberi kedua matanya rezeki satu malam nikmat berjaga di jalan Allah dan nikmat menangis karena rasa takut pada Allah.
Terkadang aku tertidur lalu terbangun, sedangkan dia masih dalam kondisinya berjaga tanpa putus. Para ikhwan lainnya yang jaga saling berganti shift sedangkan dia masih saja di tempatnya, beribath dengan sabar. Aku bertanya pada diriku penuh rasa heran, Apakah kaum muslimin di berbagai belahan negeri kita mengetahui dengan adanya contoh jihad seperti ini di jaman kita sekarang ini? Ataukah mereka tertipu dengan apa yang mereka lihat di sekitar mereka dari para rentetan orang-orang yang duduk tertinggal dan deretan orang-orang yang menelantarkan jihad? Demi Allah, jika di dalam jihad tidak terdapat apa pun kecuali nikmat bersanding dengan orang-orang semisal ini dan menenggak mata air kisah perjalanan mereka, sungguh itu sudah cukup. Renungkanlah wahai orang-orang yang masih saja bimbang tentang kebaikan yang terlewat dari kalian.
Ikhwaty fiellah.. ketahuilah bahwa saat keyakinan menjadi lemah, saat keimanan surut, dan jiwa bergantung pada hal-hal yang dirasakan panca indera untuk membangun kepercayaannya, saat itulah manusia satu langkah mendekat pada materialisme dan dia akan menjauh dari keimanan pada hal yang ghoib. Dia akan merasa tenteram pada dunia, merasa senang dengannya, dan dia akan berpaling dari akhirat dan merasa terganggu untuk mengingatnya. Jadilah kehidupan dunia ini suatu realitas dan logis sedangkan kehidupan akherat adalah khayalan dan tak diketahui. Di sinilah akidah seorang manusia menyimpang dan dia akan menjadi hamba panca indera yang lima. Dia tidak akan percaya kecuali pada apa yang dia lihat dari berbagai perhiasan dunia, akalnya menjadi tidak mampu sama sekali untuk membayangkan berbagai bentuk kehidupan selain kehidupan yang dia lihat. Perumpamaan dirinya adalah seperti sebuah janin di dalam rahim ibunya, berada dalam tiga kegelapan dan hampir saja tidak bisa melihat, mendengar, atau berbicara seolah tenggelam ke dalam sumur. Dia tidak bisa mengendalikan apa pun di sekitarnya, dia pun tidak tahu akan pergi ke mana, kapan, dan kenapa. Dia menetap di dalam rahim ibunya, keinginan dan kebebasannya terampas.
Janin ini tidak mengerti realita kehidupan di luar rahim. Dia menganggapnya sebagai hal yang tak diketahui atau sebagai gambaran dari berbagai gambaran kosong dengan bersandar pada informasi yang diberikan oleh panca inderanya
Kalau saja Allah memberi janin-janin ini akal yang belum dewasa sehingga dia dapat berkomunikasi dengan sekitarnya, sungguh ia akan menyusun banyak karangan dan akan menggubah bait-bait syair untuk mencela detik-detik kelahiran dan dia akan menceritakan tentang berbagai kesulitannya, rasa sakitnya, dan darah-darahnya. Dan bagaimana sebagian mereka ditarik dari kepalanya dan sebagian lainnya ditarik dari kakinya.
Mereka akan teriakan pertama selepas kelahiran seakan teriakan itu adalah satu bagian dari sakarotul maut. Detik-detik kelahiran dalam literatur mereka sepadan dengan kematian dalam literatur kita. Mereka berusaha untuk tetap mempertahankan hidup di dalam rahim meski penuh dengan kesendirian, ketergantungan, dan kegelapan. Mereka akan menyanyikan tentang keindahannya dan kesempurnannya sementara mereka takut akan kelahiran. Mereka berharap agar bisa melarikan diri darinya, dari kelahiran yang akan membawa mereka pada fase baru yang belum pernah dilihat oleh panca indera mereka sebelumnya.
Akan tetapi kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan oleh sang janin. Dia tidak masuk ke dalam rahim kecuali hanya dipersiapkan untuk mengarungi arus kehidupan. Dan umurnya tidak akan pernah mulai berjalan selama bertahun-tahun kecuali setelah kelahiran yang dia sangka sebuah kematian mendadak. Kita mengerti akan hal itu dengan penuh keyakinan setelah kita melalui dua fase tersebut dan panca indera kita melihatnya. Oleh karena itu engkau tidak akan mendapati seorang pun yang berharap untuk kembali lagi ke dalam rahim. Seperti inilah kematian dalam pandangan seorang mukmin yang meyakini bahwa dunia tidak lain hanyalah penjara baginya. Seperti inilah kematian dalam pandangan seorang mujahid di jalan Allah, yang tidak dia anggap kecuali sebagai kelahiran lainnya untuk mengarungi kebahagiaan yang abadi.
Ya, kami tidak melihat seorang yang syahid kembali ke dunia untuk menceritakan kepada kami tentang apa yang dia lihat akan tetapi itu adalah keimanan kepada Allah, kitab-Nya, dan rosul-Nya. Keimanan yang menjadikan kita mengharapkan dan merindukan kematian di jalan Allah. Demi jiwaku yang berada di genggaman-Nya, sungguh dunia ini lebih sempit bagi seorang mukmin dari rahim seorang ibu yang mengandung janinnya dan cara yang paling mudah baginya untuk melepaskan diri dari kesempitan ini adalah kesyahidan di jalan Allah. Bahkan darah, penderitaan, dan rasa sakit yang dirasakan oleh sang janin untuk sampai pada kehidupan dunia adalah sebuah tragedi yang mengerikan jika dibandingkan dengan terbunuhnya seorang yang syahid yang tidak merasakan rasa sakit kecuali hanya seperti cubitan. Ini adalah kematian dalam wacana seorang mujahid. Sesungguhnya kematian itu adalah perpindahan dari kehidupan yang penuh kekurangan menuju kehidupan akhirat yang sempurna yang belum pernah dia lalui sebelumnya namun dia mengetahuinya dengan ghoib sebagaimana yang Allah gambarkan: “Dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang telah diperkenalkanNya kepada mereka.” (Muhammad 47:6)
Orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka tidak mati meskipun kalian menguburkan jasad mereka dalam tanah. Mereka tidak mati meskipun kalian memintakan rahmat untuk mereka sebagaimana layaknya mereka telah mati. Mereka tidak mati meskipun kalian meneteskan air mata untuk mereka dan kalian bukakan pintu-pintu untuk ta’ziyah. Sesungguhnya mereka hidup akan tetapi kalian tidak merasakannya. Sesungguhnya mereka hidup di tempat yang tidak dilihat oleh panca indera kalian sebelumnya, akan tetapi kalian tidak mengetahuinya. Kalau saja Allah memberikan kalian kemampuan sesaat untuk melihat pada kehidupan mereka di surga, sungguh perbatasan-perbatasan akan dibanjiri oleh orang-orang yang mencari kehidupan itu. Kalau saja Allah memberikan kalian kesempatan untuk mendengarkan satu saja perbincangan antara dua orang syahid di tembolok burung hijau di surga, sungguh kalian akan mengerti bahwa mereka adalah yang memintakan rahmat dan keteguhan pada Allah bagi kalian.
Wahai saudaraku yang masih dalam kebimbangan, biar aku ceritakan padamu tentang islam, kejantanan, dan kedermawanan sekali lagi. Aku akan mengisahkan padamu satu kisah ini. Pejamkan matamu untuk sekejap, lalu lepaskanlah kendali khayalanmu agar berbagai tragedi kisah ini dapat memberikan gambaran padamu, tragedi yang terjadi di Afghanistan. Jangan engkau dengarkan kata-kataku ini akan tetapi saksikanlah seolah-olah tragedi ini diperlihatkan di hadapanmu dalam layar pikiranmu.
Suatu hari Amerika menyerang sebuah desa di Afghanistan untuk menangkap dua pimpinan Taliban yang telah menyengsarakan mereka. Setelah terjadi perlawanan yang sengit, dua lelaki ini akhirnya syahid -kita mengharapkan demikian dan Allah yang akan menghisab mereka-, namun kejadian ini belum memadamkan dendam para penyembah salib. Lalu mereka pun membawa istri kedua mujahid yang syahid ini ke dalam helikopter, kemudian mereka menggantungkan keduanya di ketinggian dan mereka mulai melepaskan pakaian perempuan keduanya ke tanah agar para penduduk desa melihat apa yang terjadi pada istri kedua syahid tersebut.
Saat aku mengingat tragedi-tragedi kisah ini dan aku merasakan pedihnya pemandangan detik demi detik, aku berharap sekiranya aku memiliki ribuan dan ribuan nyawa di belahan bumi ini untuk aku renggut satu demi satu untuk membalaskan akhwat-akhwat muslimah kita. Aku berangan sekiranya para ulama suu’ yang turut serta bersama Amerika dalam kejahatan ini melalui fatwa-fatwa mereka yang mengharamkan jihad dan membolehkan penjajahan, aku berharap sekiranya mereka dikumpulkan di suatu puncak lalu mereka dirajam oleh anak-anak yatim mujahidin dan para janda mujahidin dengan sepatu hingga mereka terkubur di bawah tumpukan sepatu.
Jangan buka dulu kedua matamu wahai saudaraku, peristiwanya belum berakhir! Dan bayangkanlah, akhwat-akhwat itu, bayangkanlah kalau mereka adalah ibu-ibu kalian atau saudari-saudari kalian atau istri-istri kalian. Beranikah kalian untuk membayangkannya? Apakah kalian berani untuk memikirkannya? Jika jawaban kalian adalah tidak, maka ketahuilah bahwa ini adalah realita yang terjadi di bumi Afghanistan. Inilah yang diperbuat oleh orang-orang kafir najis pada kaum muslimah yang suci. Ini adalah satu peristiwa diantara peristiwa-peristiwa yang dihilangkan oleh media dari manusia, lalu apa yang kalian perbuat sedangkan kalian telah mengetahuinya?
Aku heran dengan sebagian dari kalian, bagaimana bisa dia kembali pada kehidupannya dan syahwatnya setelah dia mendengarkan perkataanku ini dan seakan persoalan ini tidak mempengaruhinya. Apa yang aku ceritakan pada kalian wahai kaum muslimin, bukanlah kisah warisan Indian Merah, bukanlah satu pemandangan dari tragedi perang Vietnam. Sesungguhnya peristiwa ini terjadi di bumi kaum muslimin wahai umat Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam. Para perempuan yang tersingkap auratnya dan kehormatannya direnggut, mereka adalah umat rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka sholat menghadap kiblat kita, puasa pada bulan puasa kita, dan mereka berhaji menuju baitullah Harom. Tidak ada kebaikan pada diri kalian jika kalian tidak menolong mereka dan tidak ada kejantanan pada diri kalian jika kalian tidak membalaskan untuk mereka.
Wahai engkau yang masih saja bimbang dengan jihad, aku tidak akan pernah menceritakan pada kalian tentang kisah-kisah para lelaki di negeri Afghan untuk mengajakmu berangkat berjihad, tidak.. tapi aku akan menceritakan padamu tentang kisah-kisah keberanian para perempuan di sini untuk menguji kejantananmu dan untuk aku letakkan kisah itu dalam ujian. Dan agar engkau tahu apakah engkau adalah seorang lelaki sejati yang menepati janjinya dengan Allah sehingga engkau akan pergi menuju bumi jihad, ataukah engkau seorang lelaki palsu, tidak ada yang bersaksi atas kejantananmu melainkan hanya akte kelahiran.
Seorang istisyhadiyah perempuan pergi ke pos pemeriksaan murtaddin, kemudian dia berpura-pura menangis agar sebanyak mungkin para tentara berkumpul di sekelilingnya. Dan ketika mereka berkumpul di sekelilingnya, dia bertakbir dan meledakkan diri agar jasadnya yang lembut berubah menjadi serpihan yang membara memotong tangan dan kaki musuh-musuh Allah.
Seorang perempuan tua lainnya, para muhajirin datang untuk tinggal di rumahnya, lalu ia mengambil senjata dan berdiri menjaga para ikhwah dengan membawa senjata PK. Ketika para ikhwah meminta padanya untuk beristirahat, dia berkata pada mereka: “Tidak demi Allah! Jika mereka datang -yang dia maksud adalah musuh Allah-, tidak akan ada yang memerangi mereka kecuali aku”.
Seorang pemudi menawarkan maharnya, dia siap untuk menikah dengan lelaki mana pun yang bisa membantunya untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah pada orang-orang kafir dan murtad.
Dan sebelumnya, apa yang terjadi di sini, di Pakistan, para pelajar putri syaikh Abdur Rosyid Ghozy, saat mereka memilih azimah daripada rukhshoh dan mereka bersikeras untuk tetap tinggal hingga mati demi menolong syariat Allah. Seseorang yang aku percaya telah menceritakan padaku, bahwa sungai darah mengalir dari masjid, dan orang-orang jika memasukkan tangan mereka di dalam aliran darah, mereka akan mengeluarkan bola mata dan potongan daging atau rambut akhwat-akhwat kita yang syahid saking banyaknya yang terbunuh.
Inilah yang dipersembahkan oleh Zainab, ‘Aisyah, Khodijah, dan Ruqoyyah pada islam. Lalu apa yang kalian persembahkan untuk dien ini wahai Harb, wahai Dhirghom, wahai Ja’far, wahai Gholib? Apa yang kalian persembahkan untuk islam wahai kalian yang masih saja dalam kebimbangan? Apa yang akan kalian katakan pada Allah di esok hari, jika Allah mengumpulkan kalian di Hari Yang Telah Dijanjikan? Alasan apa yang akan kalian sampaikan sementara akhwat-akhwat kita yang gagah berani telah meledakkan argumen-argumen lemah kalian?
Wahai saudaraku yang masih dalam bimbang, aku ingin mengakhiri pesanku ini dengan sebuah hadits yang menerangkan tentang keutamaan kesyahidan di jalan Allah. Demi Allah, sungguh aku melihatnya sebagai sebuah hadits yang komprehensif yang ada pada bab ini. Dari Amir bin Sa’d dari bapaknya rodhiyallahu’anhu bahwa ada seorang yang datang untuk sholat, sementara nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam sedang sholat. Ketika sampai pada shof, lelaki ini berkata: “Ya Allah berilah aku hal terbaik yang engkau berikan pada hamba-hambamu yang sholeh”. Ketika nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam selesai sholat beliau bertanya: “Siapa yang berkata tadi?”, lelaki tadi menjawab: “Aku wahai rosulullah”, rosulullah berkata: “Kalau begitu kudamu akan terbunuh dan engkau akan syahid di jalan Allah”.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Syahid di jalan Allah dengan terbunuhnya kuda seseorang dan dia syahid adalah hal terbaik yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang sholeh sebagaimana sabda nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka marilah wahai saudara-saudaraku, mari menuju pada ibadah yang tidak tertandingi. Marilah menuju kematian yang diharapkan oleh penghulu para makhluk shollallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak tiga kali. Marilah menuju kemuliaan yang tidak akan dilupakan oleh seorang syahid hingga setelah dia masuk surga, maka dia pun meminta pada Allah agar mengembalikannya ke dunia untuk terbunuh di jalannya sepuluh kali. Hancurkanlah rintangan, laluilah perbatasan, dan tantanglah semua aparat keamanan, dan meluncurlah dari segala penjuru menuju surga seluas langit dan bumi yang Allah janjikan bagi para hambanya syuhada.
“Kelak akan kalian ingat apa yang aku katakan pada kalian, dan aku serahkan urusanku pada Allah.” (Al-Mukmin 40:44)
“Dan Allah berkuasa atas urusan-Nya akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Yusuf 12:21)
29 Desember 2009
Akhukum fiellah
Abu Dujanah Al-Khurosany
Source : Fajjir Islamic Media