RAQQA (Arrahmah.id) – Wabah kolera yang mencengkeram Suriah utara tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, dengan 13.000 kasus dugaan penyakit dan 60 kematian terkait dilaporkan, kata Doctors Without Borders (MSF), Jumat (14/10/2022).
Gelombang kolera yang dimulai bulan lalu, pertama kali dikaitkan dengan kontaminasi air dan kekurangan air yang parah di timur laut negara itu, tetapi sekarang telah menyebar ke tempat lain.
Rumah Sakit Nasional Raqqa melaporkan bahwa ini adalah pertama kalinya kolera dikonfirmasi di timur laut Suriah sejak 2007.
PBB mengatakan bulan ini, wabah itu diyakini terkait dengan irigasi tanaman menggunakan air yang terkontaminasi dan orang-orang yang meminum air yang tidak aman dari sungai Efrat yang membelah Suriah dari utara ke timur.
Penyakit yang sangat menular itu telah ditemukan di daerah-daerah yang dikuasai Kurdi dan daerah oposisi di Suriah utara dan barat laut, di mana jutaan orang telah mengungsi akibat konflik selama satu dekade, kata para pejabat medis.
LSM Barat mengatakan akses ke air minum yang aman merupakan tantangan besar di Suriah yang memiliki 40 persen lebih sedikit air minum daripada sebelum konflik dimulai setelah penghancuran infrastruktur air nasional yang meluas.
Sebanyak 14,6 juta orang di Suriah sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan di Suriah, menurut MSF, 6,9 juta di antaranya adalah wanita dan anak-anak. (zarahamala/arrahmah.id)