QALANSUWA (Arrahmah.id) — Viral sebuah video yang memperlihatkan seorang muslimah Palestina dipukul dan dilucuti hijabnya oleh polisi Israel ketika melintas di daerah Qalansuwa. Kejadian ini terekam melalui layar CCTV.
Dilansir TRT World (8/1/2025), Muslimah tersebut dipukul dan dilecehkan oleh dua pria dan satu tentara Israel karena ia memakai hijab dan ia diamankan karena dianggap ia teroris.
Seorang aktivis, yang mengunggah rekaman tersebut di X, menggambarkan perkembangan tersebut sebagai “Sangat Menjijikkan,” dan mengatakan bahwa pasukan telah “menanggalkan baju dan hijab wanita tersebut” selama penggerebekan.
“Jika ini terjadi di Ukraina, Amerika akan melakukan nuklir terhadap Rusia,” katanya.
Perkembangan ini terjadi di tengah meluasnya kampanye penculikan dan penyiksaan oleh rezim Israel terhadap warga Palestina di seluruh wilayah pendudukan dan perang genosida terhadap Jalur Gaza yang sejauh ini telah merenggut nyawa lebih dari 45.900 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Pada bulan November lalu, Dokter militer Israel memberikan kesaksian yang mengerikan tentang kondisi yang mengerikan dan tidak manusiawi dari tahanan Palestina yang sakit yang ditahan di sebuah pusat penahanan di Gurun Negev.
Dokter yang tidak disebutkan namanya itu mengungkapkan dalam kesaksiannya, yang diterbitkan di surat kabar Israel Haaretz, bahwa ia menemukan hampir 20 pasien di satu tenda yang diborgol ke ranjang baja tua dan ditutup matanya sepanjang waktu ketika ia melangkah ke Penjara Sde Teiman yang terkenal musim dingin lalu.
Ia mengatakan banyak tahanan telah menjalani operasi besar atau menderita luka tembak, beberapa terjadi hanya beberapa jam sebelum mereka tiba di pusat penahanan, yang ia gambarkan sebagai benteng.
Awal bulan itu, kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem mengatakan ribuan warga Palestina Tahanan menghadapi penyiksaan dan penyiksaan sistematis di penjara dan pusat penahanan Israel sejak rezim Tel Aviv melancarkan serangan brutalnya ke Gaza pada awal Oktober tahun lalu.
B’Tselem mengatakan dalam sebuah laporan pada tanggal 6 Agustus bahwa kesaksian dari 55 mantan tahanan Palestina mengungkapkan “kondisi yang tidak manusiawi,” dan lebih dari selusin fasilitas penjara digunakan sebagai “kamp penyiksaan de facto.” (hanoum/arrahmah.id)