BANDUNG (Arrahmah.com) – Sebuah pengakuan dari warga yang mengaku bertempat tinggal tak jauh dari “Ponpes” milik Herry Wirawan (36), oknum guru di Ponpes Madani Cibiru, Bandung, yang memperkosa belasan santriwati, kini viral di media massa.
Pasalnya, dalam pengakuan itu, tetangga tersebut menyatakan jika Ponpes pimpinan HW merupakan Pesantren yang berfaham Syiah.
Warga itu mengaku bahwa tempat tinggalnya hanya berjarak tiga rumah dari Ponpes Madani Cibiru. Dia mengungkapkan para santriwati didoktrin dengan faham Syiah, khususnya ajaran nikah mut’ah, sehingga mereka tidak ada yang berani bicara.
“Maaf emak-emak di luar topik…mau meluruskan berita karena emang pesantren ini deket rumah aku jaraknya kehalang 3 rumah. Jelas banget malahan karena aku di atas, pesantren ini di bawah,” tulisnya, sebagaimana dilansir redaksi arrahmah.com melalui pesan di grup WhatsApp dan viral di sosial media pada Jumat (10/12/2021).
“Pesantren ini faham Syiah makanya sudah kejadian dari tahun 2016 karena emang ajaran nikah mut’ah makanya si santriwatinya ga ada yg berani speak up atau minta tolong sama warga,” lanjutnya.
Para warga di sekitar Ponpes tidak menaruh curiga karena semuanya terlihat baik-baik saja.
“Si santri udah didoktrin sama ajaran syiah makanya bisa sampe ada yg melahirkan 2 kali… Dan warga pun ga ada yg curiga satu pun karena emang adem2 aja…,” tuturnya.
Menurutnya, di dalam pesantren tersebut terdapat 1 kamar yang dijadikan praktik nikah mut’ah oleh pelaku dengan kunci berkode. Hal itu kemudian diketahui oleh santri baru yang tidak bisa menerima ajaran sesat tersebut hingga membuat santri baru itu berani menyampaikan apa yang dilihatnya kepada keluarga.
“Bahkan di pesantren itu ada satu kamar tempat praktek nikah mut’ah kunci kamarnya pun pake kode s gurunya itu…. kenapa bisa ketahuan karena ada satu santri baru yg ga bisa nerima ajaran begitu makanya dia speak up ke keluarganya,” ujarnya.
Lebih lanjut, tetangga tersebut menjelaskan bahwa anak-anak warga sekitar tidak ada yang mengaji di ponpes tersebut lantaran aktivitas mereka yang tertutup. Ia juga menghimbau kepada rekannya sesama grup untuk lebih berhati-hati dalam mencari pondok pesantren untuk anak mereka. Serta mengajak rekan-rekannya untuk tidak menyamakan semua pesantren hanya karena masalah seperti ini.
Dan ga ada satupun anak2 komplek sini yg ngaji di situ karena emang agak tertutup gitu…. Maaf ya cerita panjang gini sebagai pelajaran buat kita nyari pesantren kudu hati-hati plus jangan samakan semua pesantren error begini,” pungkasnya.
Sebelumnya, santer diberitakan bahwa ada oknum guru sekaligus pimpinan Pondok Pesantren di Cibiru, Bandung yang telah melakukan pemerkosaan terhadap 12 santriwati.
Menurut informasi dari Kasipenkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat (Jabar), Dodi Gazali Emil, usia para santriwati yang menjadi korban kekejian pelaku berusia antara 13-16 tahun.
Kejati Jabar juga menjelaskan dari belasan korban pemerkosaan tersebut, lima di antaranya bahkan sudah melahirkan, dengan total bayi yang dilahirkan ada 9. Kejati Jabar menduga ada korban yang telah melahirkan dua kali selama peristiwa ini.
Tindakan tak bermoral ini telah dilakukan pelaku dalam rentang waktu lima tahun, yakni dari tahun 2016 hingga 2021. (rafa/arrahmah.com)