LANGKAT (Arrahmah.id) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Langkat di Sumatera Utara memanggil pimpinan Padepokan Sendang Sejagat yakni Sunaryo untuk meminta klarifikasi terkait video yang sempat menghebohkan media sosial.
Dalam video yang diproduksi Padepokan Sendang Sejagat menunjukkan seorang perempuan menjadi imam salat dan diikuti beberapa jemaah pria di belakangnya.
Video yang diproduksi padepokan itu juga mencantumkan Pondok Pesantren Al Kafiyah. Belakangan video itu merupakan sebuah konten belaka yang diproduksi oleh padepokan tersebut. Namun video itu telah membuat gaduh di media sosial.
“Hari kami undang mereka nantinya untuk datang ke MUI Kabupaten Langkat dimintai keterangan lebih lanjut lagi dan mendalami apa mereka lakukan selama ini,” kata Zulkifli, Ahad (2/6), lansir Merdeka.com.
Menurut Zulkifli, video tersebut diproduksi Padepokan Sendang Sejagat di Kecamatan Secanggang. Aparat kepolisian dan sejumlah pihak juga telah mendatangi lokasi padepokan tersebut.
“Kami sudah mendatangi tempat mereka membuat kegiatan itu,” ujarnya.
Bukan hanya itu, MUI Langkat juga akan menelusuri rekam jejak Padepokan Sendang Sejagat termasuk maksud dan tujuan memproduksi konten menyesatkan tersebut.
“Pengikutnya masih kami cari tahu. Kalau kami lihat dalam petikan hasil keterangan mereka buat sekitar 5-10 orang. Kami belum tahu persis jumlahnya. Hari ini kami meminta keterangan mereka dan mendalaminya,” jelas Zulkifli.
Sebelumnya, Sunaryo yang merupakan pimpinan dari Padepokan Sendang Sejagat telah menyatakan video yang mereka produksi hanya sebuah konten belaka dan diunggah di YouTube dengan judul “Pesantren Sesat Dapat Menghapus Dosa”.
Al Kafiyah dipilih sebagai nama pesantren di dalam konten tersebut.
“Dalam kesempatan ini saya disaksikan oleh pihak-pihak terkait ada dari bapak kapolsek, koramil, camat, dan MUI. Di sini saya klarifikasi terkait video yang viral yang mana mereka telah memotong-motong video yang kami buat,” terang Sunaryo.
Dia juga mengatakan video itu bermaksud memberi edukasi ke masyarakat agar tidak terpengaruh dengan mengatasnamakan agama.
“Kami sengaja membuat untuk perfilman atau arti kata sinetron berseri. Nah apa kami buat itu, sebagai contoh kita umat Islam jangan terpengaruh dengan pesantren atau pun kata-kata Islam atau memakai ayat-ayat Allah tapi manipulasi. Makanya saya buat untuk edukasi dan pelajaran. Saya sangat menyayangkan, dunia media sosial memotong-motong video kami dengan kata-kata menyeleneh, pengalih isu dan lainnya. Jujur saya sedikit beban. Memotong video tersebut, tapi tidak menyertakan link aslinya,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)