JAKARTA (Arrahmah.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengaku prihatin dengan adanya berita yang memelintir informasi yang disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) perihal potensi gempa besar di Pulau Jawa.
Baru-baru ini beredar pesan berantai lewat platform YouTube dan pesan instan WhatsApp bahwa akan terjadi gempa dengan kekuatan skala besar khususnya di Pulau Jawa beberapa waktu ke depan.
Dalam pesan berantai tersebut disebutkan bahwa kondisi ini akibat meningkatnya aktivitas seismik dengan seringnya terjadi subduksi atau pergerakan lempeng selatan mulai dari Selat Sunda hingga timur Pulau Jawa.
Pesan tersebut menyertakan nama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan memuat link Channel YouTube milik Berita Satu.
“Setelah kami (BMKG-red) cek, ini adalah berita lama dan disebarkan ulang. Yang disayangkan, ada pihak yang mengemas dan membumbui pesan ilmiah tersebut sehingga diinterpretasikan sebagai ramalan. Perlu kami tegaskan kembali bahwa hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi gempabumi secara presisi mengenai kapan dan berapa kekuatannya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (13/8).
Menurut Dwikorita, tidak ada yang salah dengan imbauan LIPI agar masyarakat tetap waspada terhadap peluang terjadinya bencana gempabumi di Indonesia setiap saat. Hal ini, lanjutnya, karena Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akan tetapi, kata Dwikotita, penjelasan kapan dan dimana tempatnya secara lebih rinci masih tanda tanya besar.
“Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang sepenuhnya terletak di dalam kawasan “cincin api” sehingga bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Fakta inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia,” tandasnya.
Dwikorita juga menegaskan bahwa yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripadalarut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.
“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi,” terangnya.
Terkait informasi hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.
(ameera/arrahmah.com)