MAGETAN (Arrahmah.id) – PT Airsoft Pelajar Indonesia yang menjadi penyelenggara atau EO simulasi menembak yang diselenggarakan saat rangkaian acara MPLS di Ponpes Baitul Qur’an Al Jahra merespons viralnya foto santriwati yang menenteng airsoft gun.
Direktur Utama PT Airsoft Pelajar Indonesia Agus Imam Santoso menyayangkan narasi negatif yang disematkan pada foto tersebut. Ia menilai hal tersebut merupakan hasil kerjaan buzzer, sebab airsoft merupakan salah satu cabang olahraga resmi.
“Gorengan Buzzer itu! Kami masuk ke situ (Ponpes Al Jahra) untuk menjelaskan bahwa airsoft ini sudah masuk cabor (cabang olahraga), dan mereka (santri) punya hak ke lini prestasi. Karena ini sudah liga-nya baik kabupaten, provinsi, dan nasional,” ujarnya, pada Ahad (30/7/2023) seperti dikutip dari detikJatim.
Agus yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Liga Airsoft Pelajar (LAP) memaparkan bahwa sebagai cabor yang telah diakui Kemenpora pada 2022 lalu Airsoft Pelajar Indonesia berupaya untuk melakukan kaderisasi. Sama halnya kaderisasi yang dilakukan cabor lainnya.
“Jadi ini memang bentuk pengaderan kami. Kayak olahraga lain itu lho, mereka pengaderannya malah dari SD. Olahraga ekstrem seperti panah dan lain-lain itu, untuk jenjang SD lho sudah ada lombanya,” katanya.
Agus pun mengamini perusahaannya memang hendak mengenalkan airsoft yang sudah diakui Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) sebagai bagian dari olahraga rekreasi kepada santriwati di Ponpes Al Jahra.
“Ya kami maunya memang jadi ekstrakurikuler. Supaya apa? Supaya santri ini terbina, terdidik, dan kontinu. Saya nggak mau sporadis, sekarang latihan 2 bulan lagi baru latihan lagi. Kalau seperti itu pemetaan tidak bisa dilakukan. Kejiwaan anak-anak, minat dan bakatnya, tidak bisa dipetakan,” katanya.
Agus mengakui Ponpes Baitul Qur’an Al-Jahra memang merupakan ponpes pertama yang sedang menjajaki kerja sama dengan PT Airsoft Pelajar Indonesia untuk menyelenggarakan ekstrakurikuler olahraga airsoft gun.
“Di Magetan kita baru pertama ini masuk. Tapi coba lihat di Jatim sudah ada kontingen kami di Blitar, ada di Tulungagung, ada di Surabaya, ada kontingen kita di Madiun. Memang Magetan belum terjamah,” ujar Agus.
Dia menyayangkan dari cuitan di medsos yang tidak bertanggung jawab, stigma negatif berusaha dibangun. Sementara di lain sisi, dia mengakui bahwa pihak Ponpes Al Jahra sendiri ketakutan karena memang mereka yang pertama di Magetan.
“Ponpes takut karena memang baru pertama. Sebenarnya kami banyak terima telepon mendorong kami melanjutkan, karena manfaatnya banyak. Iya, tapi kami harus setop dulu untuk ngomong dengan Polres Magetan. Karena ini berawal dari cuitan tidak bertanggung jawab dan Polres Magetan menggali keterangan dari satu pihak saja, tidak sampai klarifikasi ke kami,” ujarnya. (rafa/arrahmah.id)