LONDON (Arrahmah.id) — Dalam beberapa hari terakhir viral dokumen-dokumen yang mengklaim bahwa mantan ibu negara Suriah, Asma al-Assad, adalah seorang mata-mata badan intelijen Inggris, MI5.
Dilansir Middle East Eye (8/1/2025), tuduhan bermula dari dokumen yang diunggah oleh jurnalis Suriah Nizar Nayouf di halaman Facebook-nya. Dalam unggah tersebut diberitakan seseorang mengaku berasal dari intelijen Suriah yang menyatakan bahwa mereka menempatkan Bashar al-Assad, putra presiden Hafez al-Assad saat itu, di bawah pengawasan setelah pertemuan yang ia lakukan dengan Asma dan mantan pejabat MI5, Eliza Manningham-Buller, di sebuah hotel di London.
Bashar, yang menjadi presiden pada 2000 setelah kematian ayahnya, sedang menjalani pelatihan untuk menjadi dokter spesialis mata di London.
“Dalam pelaksanaan arahan Anda untuk menempatkan Dr Bashar di bawah pengawasan positif selama masa studinya di Inggris, petugas divisi yang ditugaskan untuk menindaklanjuti misi tersebut menemukan bahwa dia telah melakukan kegiatan berikut selama minggu-minggu terakhir di luar komitmen studi dan pelatihan di rumah sakit,” demikian bunyi laporan tersebut.
Dokumen itu juga mengklaim bahwa pertemuan kedua dengan Manningham-Buller terjadi di rumah Asma di Acton dalam sebuah pesta, yang juga diduga dihadiri oleh mantan komandan stasiun MI6 Moskow, Raymond Asquith.
“Meskipun malam itu adalah malam sosial, para tamu Inggris mengajukan pertanyaan-pertanyaan politik kepada Dr Bashar (terkait dengan urusan internal Suriah dan hubungannya dengan beberapa anggota kepemimpinan di negara itu),” tulis dokumen tersebut.
“Mereka mencoba mencari tahu apakah dia memiliki kontak dengan mereka.”
Dokumen kedua, tertanggal 1998, juga menyatakan adanya hubungan dengan yayasan Oxford Analytica, yang didirikan oleh Dewan Keamanan Nasional AS, dan mengklaim bahwa Asma bekerja untuk intelijen Inggris saat bekerja di JP Morgan.
Kedua dokumen tersebut diklaim berasal dari meja Jenderal Ali Issa Douba, kepala intelijen Suriah di bawah Hafez al-Assad. Namun, tautan ke unggahan Facebook Nayouf tidak dapat diakses pada Rabu sore.
Asma Fawaz Akhras, yang berusia 17 tahun pada saat pertemuan tersebut terjadi, menikah dengan Bashar al-Assad pada tahun 2000 tak lama setelah ia mengambil alih jabatan presiden.
Namun, seseorang di X mencatat bahwa dokumen pertama diketik menggunakan font Kawkab Mono Arab, yang menurutnya ditemukan pada tahun 2015 oleh dirinya sendiri.
“Kecuali jika dokumen di sebelah kiri dicetak pada 2015 atau lebih baru untuk meniru estetika mesin tik karena suatu alasan, maka dokumen tersebut kemungkinan besar dipalsukan,” tulis Abdullah Arif. (hanoum/arrahmah.id)