JAKARTA (Arrahmah.id) – Sebuah aplikasi viral di media sosial karena mampu mengidentifikasi produk pro-“Israel” atau yang berafiliasi dengan negara Zionis. Aplikasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pendukung aksi boikot “Israel” tersebut bernama “No Thanks”.
Cara kerja aplikasi ini cukup sederhana. Pengguna dapat memindai barcode suatu produk atau memasukkan namanya, dan dalam hitungan detik mereka diberi tahu sejauh mana produsen tersebut mendukung “Israel”.
Aplikasi ini diluncurkan pada 13 November 2023, dan telah diunduh lebih dari 100.000 kali. Karena popularitasnya itu, aplikasi “No Thanks” turut jadi perbincangan di Indonesia.
Aplikasi “No Thanks” merupakan karya warga Palestina asal Gaza bernama Ahmed Bashbash, yang saat ini tinggal di Hongaria.
Bashbash mengatakan dia kehilangan saudara laki-lakinya dan dua saudarinya lantaran tidak mendapatkan perawatan medis yang sesuai standar saat pertempuran Hamas dan “Israel” memuncak pada 2020 lalu.
“Saya melakukan ini atas nama saudara laki-laki dan perempuan saya yang hilang karena pendudukan brutal ini, dan tujuan saya adalah mencoba mencegah apa yang terjadi pada saya terjadi pada warga Palestina lainnya,” kata Bashbash kepada DW News melalui email.
Dengan ambisi tersebut, Ahmed Bashbash kemudian menyusun daftar perusahaan yang diduga mendukung “Israel” dengan bantuan situs “Boycotzionism” dan “Ulastempat”.
Situs Boycotzionism mengiklankan slogan “Dari sungai ke laut, Palestina akan merdeka”, yang terkadang diartikan sebagai antisemit. Beberapa orang melihat ungkapan tersebut sebagai slogan yang menyangkal hak keberadaan “Israel”.
Daftar merek yang harus diboikot, menurut operator situs tersebut, termasuk perusahaan terkenal dunia seperti Adidas, McDonald’s, Chanel, Netflix dan Apple, dan juga mewakili semua jenis industri, mulai dari makanan, kosmetik, hingga penyedia streaming.
Beberapa perusahaan masuk dalam daftar karena mereka bersama-sama meluncurkan kampanye setelah tanggal 7 Oktober yang mengutuk serangan Hamas terhadap “Israel”.
Menurut situs tersebut, perusahaan lain berinvestasi pada perusahaan rintisan “Israel”, misalnya, atau mendanai “pencurian wilayah Palestina”. [ Download disini ] (Rafa/arrahmah.id)