YANGON (Arrahmah.com) – Rekaman dari “pembersihan etnis” yang dilancarkan Myanmar menunjukkan mayat yang dikubur setengahnya, desa-desa yang terbakar dan orang-orang yang putus asa melarikan diri melalui pegunungan, ABC News melaporkan pada Sabtu (7/10/2017).
Video tersebut juga tampaknya bertentangan dengan klaim dari pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi bahwa pasukan keamanan mengakhiri operasinya sejak tanggal 5 September.
Mayat tersebut dilaporkan ditemukan di desa Gu Dar Pyin, di kota Buthidaung – satu dari beberapa lokasi di mana pembunuhan massal terjadi.
Dari kamera, seorang laki-laki bertanya apakah kedua mayat itu laki-laki atau perempuan.
“Mayat-mayat itu terlihat terkuak dari lumpur ketika hujan datang,” kata Puttanee Kangkun, seorang spesialis hak asasi manusia dari Fortify Rights, yang melihat rekaman di Bangkok.
ABC menerima sekumpulan video yang diedit dari sumber yang bahannya telah dapat diandalkan di masa lalu.
Rakhine masih menjadi zona terlarang bagi media sehingga rekaman tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Tentara Myanmar telah mengonfirmasi kematian setidaknya 400 orang yang diklaim sebagai pemberontak, namun pengungsi Rohingya telah menceritakan realitas lain tentang pembunuhan tanpa pandang bulu dan pemerkosaan berkelompok.
Pada tanggal 19 September, pemenang Hadiah Nobel dan Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi memberikan pidato kenegaraan, mengecam pelanggaran di Negara Bagian Rakhine.
“Sejak 5 September, tidak ada bentrokan bersenjata dan tidak ada operasi pembersihan,” kata Suu Kyi.
Tapi pernyataan itu diperdebatkan oleh beberapa sumber.
“Kami memiliki sejumlah saksi dan bukti bahwa serangan tersebut masih berlanjut setelah 5 September dan orang-orang masih keluar dari Rakhine,” kata Puttanee Kangkun.
Rekaman video terpisah yang dikirim ke ABC tersebut diduga menunjukkan pasukan keamanan dan warga sipil membakar rumah Muslim di kota Maungdaw baru-baru ini. (althaf/arrahmah.com)