PALESTINA (Arrahmah.com) – Aktivis Palestina dan internasional berunjukrasa dalam pawai di Tepi Barat yang diduduki selama Apartheid Week “Israel” pada Jum’at (4/3/2016), di mana pasukan “Israel” menargetkan beberapa pengunjukrasa dengan gas air mata dan peluru tajam, serta melukai seorang anak berusia 12 tahun.
Dua warga Palestina, termasuk seorang anak, terluka oleh peluru tajam saat pasukan “Israel” membubarkan aksi protes mingguan warga Palestina di desa Kafr Qaddum, Tepi Barat utara yang diduduki.
Khalid Murad Shtewei (12) ditembak di kaki kanannya, sementara Mashhour Jumaa (45), ditembak di paha ketika mencoba untuk menyelamatkan Khalid.
Mereka berdua dibawa ke rumah sakit di Nablus untuk menjalani perawatan. Dokter segera mengoperasi Khalid yang menderita kerusakan parah pada tulang di kakinya.
Rekaman video yang diambil di Kafr Qaddum ini menunjukkan anak muda itu berjuang untuk bangkit setelah kakinya ditembak, dan Jumaa ditembak saat ia mencoba untuk menjauhkan Khalid dari tentara. Video ini kemudian menunjukkan kedua warga Palestina itu menerima pengobatan pertolongan pertama di ambulans.
Di desa Tepi Barat pusat, Bilin, para pengunjuk rasa menderita inhalasi gas air mata saat pasukan “Israel” menghadapi para pengunjuk rasa di wilayah ini.
Para pengunjuk rasa Bilin mengibarkan bendera Palestina dan berbaris di desa meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan persatuan nasional, hak-hak Palestina, dan untuk memboikot “Israel” pada kesempatan Apartheid Week “Israel”.
Tentara “Israel” mengejar para pengunjuk rasa ke pintu masuk barat desa sambil melempar bom gas air mata yang mencapai rumah warga dan mengenai puluhan anak-anak, wanita dan orang tua.
Pasukan “Israel” juga menggunakan drone untuk memantau dan memotret para pengunjuk rasa.
Merupakan hal yang tidak biasa bagi pasukan “Israel” untuk menggunakan drone surveilans kecil untuk memantau aksi protes di Tepi Barat dan mengidentifikasi para pengunjuk rasa.
Pada tahun 2015, pengacara hak asasi manusia “Israel” Itay Mack mengatakan kepada surat kabar “Israel”, Haaretz, bahwa pasukan “Israel” menggunakan aksi protes mingguan untuk menguji teknologi mereka.
Koordinator komite populer Bilin, Abdullah Abu Rahmeh, mengatakan kepada Ma’an bahwa aksi pawai mingguan dan protes terhadap “Israel” akan terus berlanjut sampai pendudukan terhadap tanah Palestina berakhir.
Sebelumnya pada hari Jum’at, dua paramedis Bulan Sabit Merah Palestina juga menderita inhalasi gas air mata berlebih ketika pasukan “Israel” menembakkan tabung gas air mata ke ambulans mereka dalam bentrokan di Bethlehem.
Sementara itu, puluhan aktivis perdamaian Palestina dan “Israel” berbaris di sepanjang Route 60 antara kota Beit Jala dan Yerusalem untuk menuntut diakhirinya pendudukan.
Para aktivis itu mengusung slogan berbunyi “Hentikan kekerasan, hentikan jatuhnya korban” dan “Ini tidak akan berakhir sampai kita angkat bicara.”
Tahun 2016 menandai tahun ke-12 dari Apartheid Week “Israel”, dengan perkiraan 200 kota di seluruh dunia berpartisipasi dalam rangka mengecam kebijakan “Israel” yang diskriminatif terhadap warga Palestina.
Banyak desa di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem yang berpartisipasi dalam protes Jum’at mingguan, terutama di Kafr Qaddum, Bilin, Nabi Saleh, Nillin, dan Al-Masara.
Pasukan “Israel” telah menerima hujan kritik atas penggunaan pasukan dan metode mematikan dalam pengendalian massa yang sering mengakibatkan kematian atau cedera bagi para pengunjuk rasa.
PALESTINA (Arrahmah.com) – Aktivis Palestina dan internasional berunjukrasa dalam pawai di Tepi Barat yang diduduki selama Apartheid Week “Israel” pada Jum’at (4/3/2016), di mana pasukan “Israel” menargetkan beberapa pengunjukrasa dengan gas air mata dan peluru tajam, serta melukai seorang anak berusia 12 tahun.
Dua warga Palestina, termasuk seorang anak, terluka oleh peluru tajam saat pasukan “Israel” membubarkan aksi protes mingguan warga Palestina di desa Kafr Qaddum, Tepi Barat utara yang diduduki.
Khalid Murad Shtewei (12) ditembak di kaki kanannya, sementara Mashhour Jumaa (45), ditembak di paha ketika mencoba untuk menyelamatkan Khalid.
Mereka berdua dibawa ke rumah sakit di Nablus untuk menjalani perawatan. Dokter segera mengoperasi Khalid yang menderita kerusakan parah pada tulang di kakinya.
Rekaman video yang diambil di Kafr Qaddum ini menunjukkan anak muda itu berjuang untuk bangkit setelah kakinya ditembak, dan Jumaa ditembak saat ia mencoba untuk menjauhkan Khalid dari tentara. Video ini kemudian menunjukkan kedua warga Palestina itu menerima pengobatan pertolongan pertama di ambulans.
Di desa Tepi Barat pusat, Bilin, para pengunjuk rasa menderita inhalasi gas air mata saat pasukan “Israel” menghadapi para pengunjuk rasa di wilayah ini.
Para pengunjuk rasa Bilin mengibarkan bendera Palestina dan berbaris di desa meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan persatuan nasional, hak-hak Palestina, dan untuk memboikot “Israel” pada kesempatan Apartheid Week “Israel”.
Tentara “Israel” mengejar para pengunjuk rasa ke pintu masuk barat desa sambil melempar bom gas air mata yang mencapai rumah warga dan mengenai puluhan anak-anak, wanita dan orang tua.
Pasukan “Israel” juga menggunakan drone untuk memantau dan memotret para pengunjuk rasa.
Merupakan hal yang tidak biasa bagi pasukan “Israel” untuk menggunakan drone surveilans kecil untuk memantau aksi protes di Tepi Barat dan mengidentifikasi para pengunjuk rasa.
Pada tahun 2015, pengacara hak asasi manusia “Israel” Itay Mack mengatakan kepada surat kabar “Israel”, Haaretz, bahwa pasukan “Israel” menggunakan aksi protes mingguan untuk menguji teknologi mereka.
Koordinator komite populer Bilin, Abdullah Abu Rahmeh, mengatakan kepada Ma’an bahwa aksi pawai mingguan dan protes terhadap “Israel” akan terus berlanjut sampai pendudukan terhadap tanah Palestina berakhir.
Sebelumnya pada hari Jum’at, dua paramedis Bulan Sabit Merah Palestina juga menderita inhalasi gas air mata berlebih ketika pasukan “Israel” menembakkan tabung gas air mata ke ambulans mereka dalam bentrokan di Bethlehem.
Sementara itu, puluhan aktivis perdamaian Palestina dan “Israel” berbaris di sepanjang Route 60 antara kota Beit Jala dan Yerusalem untuk menuntut diakhirinya pendudukan.
Para aktivis itu mengusung slogan berbunyi “Hentikan kekerasan, hentikan jatuhnya korban” dan “Ini tidak akan berakhir sampai kita angkat bicara.”
Tahun 2016 menandai tahun ke-12 dari Apartheid Week “Israel”, dengan perkiraan 200 kota di seluruh dunia berpartisipasi dalam rangka mengecam kebijakan “Israel” yang diskriminatif terhadap warga Palestina.
Banyak desa di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem yang berpartisipasi dalam protes Jum’at mingguan, terutama di Kafr Qaddum, Bilin, Nabi Saleh, Nillin, dan Al-Masara.
Pasukan “Israel” telah menerima hujan kritik atas penggunaan pasukan dan metode mematikan dalam pengendalian massa yang sering mengakibatkan kematian atau cedera bagi para pengunjuk rasa.