(Arrahmah.com) – Tahun 2020, dunia diuji dengan merebaknya virus Corona atau Covid-19, termasuk di negeri-negeri kaum Muslim. Virus yang awalnya muncul di kota Wuhan, Cina, kini telah menginfeksi puluhan juta orang di seluruh dunia, dan merenggut nyawa hampir dua juta orang.
Di Indonesia, virus tersebut mulai terdeteksi pada Maret lalu, dan hingga kini tercatat 650 ribu kasus positif dan lebih dari 19.000 orang telah meninggal dunia. Indonesia sendiri bertengger di peringkat teratas kasus aktif Covid-19 di Asia Tenggara.
Beberapa negara mulai melakukan uji vaksin sebagai upaya untuk mengakhiri pandemi virus Corona, termasuk Rusia, Amerika Serikat dan Cina. Indonesia menyatakan kesediaan untuk menggunakan vaksin corona Sinovac buatan perusahaan farmasi Cina, meskipun hingga saat ini belum diketahui data keamanan dan efikasi (kemanjuran) dari uji klinis tahap ketiga vaksin Sinovac.
Indonesia resmi mengalami resesi akibat pandemi Covid-19 setelah perekonomian tercatat minus dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Ini adalah resesi pertama setelah krisis moneter tahun 1998.
Perang Suriah
Perang Suriah yang dimulai pada awal 2011, masih berlangsung hingga hari ini. Korban sipil dan kombatan terus berjatuhan, kehancuran pun tak terelakkan.
Memasuki tahun kesepuluh, perang Suriah mulai berubah arah. Sejak masuknya intervensi Rusia, yang mendukung rezim Asad, rezim mulai bangkit dan merebut petak-petak wilayah yang sebelumnya telah dibebaskan oleh pejuang Suriah.
Pertempuran kini berpusat di Idlib, sebagian wilayah Aleppo, Homs dan Hama.
Pasukan rezim terus berupaya merebut benteng terakhir pejuang Suriah dan ingin mengokohkan cengkeramannya di Suriah. Meski ada kesepakatan zona demiliterisasi yang ditengahi oleh Turki dan Rusia, wilayah Idlib yang seharusnya bebas dari serangan, tetap menjadi sasaran serangan udara oleh rezim Asad dan sekutunya.
PBB menyatakan bahwa rezim Asad telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama pertempuran untuk merebut provinsi Idlib.
Belasan serangan udara melanda rumah sakit dan fasilitas medis, belasan sekolah, pasar dan di rumah-rumah penduduk. Ini mengakibatkan gelombang pengungsian besar-besaran, karena warga sipil tidak memiliki pilihan lain selain melarikan diri.
Turki berupaya untuk membendung kemajuan rezim Asad dengan mendirikan puluhan pos pengamatan di beberapa titik di Suriah barat laut. Mereka juga terus mendukung kelompok oposisi yang memerangi rezim Bashar Asad.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, dilaporkan bahwa Turki meninggalkan pos-pos militernya di wilayah tersebut. Sejauh ini, Turki telah mengevakuasi tujuh pos pengamatan militer di barat laut Suriah. Turki harus mundur karena pos-pos militer tersebut telah dikepung sejak tahun lalu oleh pasukan rezim Asad yang didukung Rusia.
Hagia Sophia kembali menjadi Masjid
Kabar bahagia untuk ummat Muslim di dunia datang dari Turki pada pertengahan tahun lalu. Hagia Sophia, salah satu Masjid kebanggaan ummat Islam yang pada era Mustafa Kemal Attaturk dirubah menjadi sebuah museum, dikembalikan fungsinya sebagai Masjid oleh pemerintahan Erdogan.
Pada hari Jumat, hari raya ummat Islam, Masjid tersebut secara resmi kembali menjadi sebuah Masjid, dan digunakan sebagai tempat sholat Jumat untuk pertama kalinya. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ikut melaksanakan sholat Jumat di Masjid bersejarah itu, yang juga dihadiri ribuan ummat Islam dari berbagai negara.
Langkah oleh pemerintah Turki untuk membatalkan status museum Hagia Sophia dengan mengatakan bahwa penggunaannya selain Masjid adalah tidak sah secara hukum, disambut baik oleh para pemimpin Muslim di seluruh dunia.
Ledakan Beirut
Di bulan Agustus, dunia dikejutkan dengan ledakan besar yang mengguncang ibu kota Libanon, Beirut, tepatnya di pelabuhan Beirut. Ledakan tersebut mengirim gelombang getaran besar yang menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan bahkan hingga jarak beberapa kilometer dari pusat ledakan.
Jumlah korban jiwa mencapai 200 orang dan ribuan lainnya luka-luka.
2.750 ton amonium nitrat yang disimpan sembarangan di pelabuhan tersebut, menjadi penyebab ledakan. Diketahui bahwa bahan kimia berbahaya itu telah disimpan di gudang pelabuhan selama enam tahun tanpa pengamanan memadai.
Ledakan telah memperburuk krisis ekonomi yang telah terjadi di Libanon.
Karikatur Nabi, Prancis
Seorang guru Prancis menggunakan karikatur Nabi Muhammad sebagai bahan pelajaran di kelasnya saat memberikan pelajaran “kebebasan berekspresi”, hingga berujung pemenggalan kepalanya oleh salah seorang siswa Muslim yang saat itu tidak bisa menerima penghinaan terhadap Nabinya. Siswa tersebut tewas diujung senjata polisi Prancis beberapa waktu setelah membunuh sang guru.
Penghinaan terhadap Nabi Muhammad melalui karikatur, mendapat dukungan dari orang nomer satu di Prancis, Presiden Emmanuel Macron. Macron yang secara terbuka menyebut Islam agama yang berada dalam krisis di seluruh dunia, memerintahkan penayangan kartun Nabi Muhammad di gedung pemerintahan dalam ukuran raksasa selama satu pekan penuh, sebagai “penghormatan” untuk guru yang dipenggal kepalanya.
Pembelaan keras Macron terhadap sekularisme Prancis dan kritik terhadap Islam “radikal” menyusul pembunuhan Paty telah membuat marah beberapa sosok di dunia Muslim.
Tindakan Macron juga disambut aksi boikot dari berbagai negeri kaum Muslimin, khususnya dunia Arab. Puluhan supermarket memboikot produk asal Prancis. Turki pun menyeru kaum Muslim untuk melakukan hal serupa.
Jauh sebelum pembunuhan sang guru, Macron telah mengumumkan rencana undang-undang yang lebih ketat untuk mengatasi hal yang ia klaim sebagai “separatisme Islam” di Prancis.
Ia mengklaim kelompok minoritas Muslim Prancis berpotensi membentuk “masyarakat tandingan”.
Beberapa komunitas Muslim terbesar di Eropa Barat menuduh Macron berusaha menekan agama mereka dan mengatakan kampanyenya berisiko melegitimasi Islamofobia.
Terbukti, kasus Islamofobia meningkat tajam, salah satunya adalah kasus penikaman dua orang Muslimah Prancis, yang ditikam berulang kali di bawah menara Eiffel.
Karabakh
Mata dunia beralih ke wilayah Nagorno-Karabakh yang selama beberapa dekade disengketakan oleh negara bekas soviet, Armenia dan Azerbaijan. Yang telah terlibat konflik sejak tahun 80-an, pertempuran besar antara Armenia dan Azerbaijan pecah pada 27 September dan berlangsung selama sekitar 40 hari.
Dua negara yang bertikai sama-sama mengalami kerugian besar. Ribuan tentara Armenia dan Azerbaijan tewas selama konflik.
Pertempuran berakhir dengan kesepakatan damai, yang dianggap kemenangan bagi Azerbaijan. Dalam kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia tersebut, Armenia sepakat untuk mundur dari wilayah yang secara hukum internasional diakui sebagai bagian dari negara Azerbaijan.
Tidak terima akan dikendalikan oleh Azerbaijan, etnis Armenia memilih pergi ke wilayah Armenia, meninggalkan rumah-rumah mereka di Karabakh. Eksodus massal terjadi setelah diumumkan bahwa Azerbaijan akan mendapatkan kembali kendali wilayah itu.
Sebagai bentuk kemarahan, etnis Armenia membakar rumah-rumah mereka sebelum ditinggalkan.
Pasukan perdamaian Rusia dikirimkan ke wilayah Karabakh untuk memantau kesepakatan gencatan senjata, namun konflik masih terjadi. Kedua belah pihak saling tuduh dan mengklaim bahwa salah satu dari mereka memulai serangan pasca gencatan senjata.
FPI
Peristiwa besar terjadi di tanah air di penghujung tahun 2020. Enam laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tengah mengawal Habib Rizieq Shihab dibunuh tanpa alasan oleh polisi. Hingga saat ini, berbagai pihak menuntut diusutnya pembunuhan tersebut secara tuntas dan independen.
Beberapa menyatakan bahwa pembunuhan itu merupakan pelanggaran HAM yang berat, dan terkategori pembunuhan diluar hukum. Salah satu pihak yang vokal menyuarakan kritikannya adalah KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). KontraS juga menolak hasil rekonstruksi yang digelar oleh Mabes Polri terkait kasus penembakan enam laskar FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.
Berbagai elemen, baik individu ataupun kelompok, mendesak dan mendukung Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk membentuk Tim Independen Pencari Fakta (TIPF) guna mengusut kasus penembakan enam Laskar FPI. Diketahui bahwa sedikitnya 146 elemen telah menyatakan dukungannya kepada Komnas HAM untuk membentuk TIPF kasus penembakan enam laskar FPI.
Salah satu tokoh Indonesia, Din Syamsuddin, mengecam keras peristiwa penembakan enam laskar FPI dan menyatakan peristiwa tersebut merupakan bentuk kedzaliman yang besar dan nyata.
Beliau menegaskan bahwa insiden penembakan Laskar FPI bukan hanya insiden tetapi kadarnya sudah lebih tinggi daripada tragedi, itu bukanlah musibah, tapi kedzaliman yang besar dan nyata,
Ia juga menilai bahwa tragedi berdarah tersebut merupakan pembunuhan yang melampaui batas dan pelanggaran HAM berat.
Ikhtitam.
Problematika dunia kian meningkat ragam tantangannya, baik dari kuantitas dan kualitas persoalannya. Wabah penyakit, tipu daya politik, penindasan, peperangan, kezaliman dan kekejian, semuanya teraduk rata di tahun 2020.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan dalam sebuah hadits, bahwa tidaklah umat Islam menjalani suatu zaman melainkan zaman itu lebih buruk dari sebelumnya.
Jadi ketahuilah, esok hari itu bisa lebih berat daripada hari ini.
Dan solusi yang benar untuk menghadapi badai fitnah itu hanya satu saja bagi kaum Muslimin, yaitu kembali pada ketentuan Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada jalan selainnya yang akan berhasil.
Wallahu’alam bish shawab…
(*/arrahmah.com)