SURIAH (Arrahmah.com) – Syaikh Muhammad Al ‘Arifi membuat sebuah film pendek terkait “Kemuliaan Suriah”. Video dokumenter yang berdurasi kurang dari 8 menit itu dipublikasikan melalui YouTube pada Jum’at (8/5/2015).
Dalam video tersebut Syaikh Al ‘Arifi memberi nasihat terkait keteguhan iman “ahlusy Syam” dan pemenangan Bumi Syam yang dijanjikan Allah subhanahu wata’ala. Selain itu, terdapat pula dokumentasi ungkapan hati masyarakat sipil Suriah yang diwakili seorang anak sekolah dasar, guru sekolah, paramedis, asatidz Qur’an, tukang roti, dan aktivis mahasiswa.
Berikut Arrahmah transkripkan video dokumenter “Kemuliaan Suriah” dengan Syaikh Al ‘Arifi sebagai naratornya. Bismillah.
[Syaikh Al ‘Arifi]
Mereka adalah mawar di bawah reruntuhan. Inilah hidup; ianya tidak berhenti. Ada semangat kuat di tanah yang diberkahi, Suriah (Syam).
Pengeboman sebuah rumah, bukan berarti terusirnya [penghuni]. Peledakan pasar, bukan berarti terhentinya jual-beli. Peledakan sekolah, bukan berarti terhentinya pendidikan.
Di tanah merdeka ini, debu telah menetap, dan kerusakan besar tidak dikebumikan.
Sebuah tanya harus dijawab: apa yang menjadi motivasi di hati orang-orang Suriah?
Mereka melawan demi imannya. Demi masjid (tempat ibadah) yang telah dihancurkan. Demi mushaf-mushaf yang dibakar. Demi mereka yang telah disiksa dan dibunuh.
Dia, preman rezim, menyelewengkan ikrar iman [kaum Muslimin]: Laa ilaha illaLlah.
Pemuda, pernahkah kau tanyakan pada diri sendiri bagaimana bisa pemuda Suriah tetap sedemikian tegar?
Saudariku, pernahkah kau tanyakan pada diri sendiri bagaimana bisa wanita-wanita Suriah sedemikian tegar?
Wahai para tetua, sudahkah Anda tanyakan pada diri sendiri bagaimana para manula Suriah senantiasa tegar?
–Hadits: “Yang disebut dengan kebaikan itu adalah akhlak yang baik–
Sudahkah Anda tanyakan pada diri sendiri bagaimana orang-orang Suriah begitu tegar?
Sungguh, [keimanan] itu amat mengakar dalam keyakinan dan pendirian [orang-orang Suriah].
[Anak sekolah dasar]
Kami datang ke sekolah untuk belajar, karena pendidikan membuat kami lebih kuat dari mereka.
Apakah kami lari dan pulang ke rumah saat kami mendengar bunyi mortar dan pesawat? Tidak, itu [jika kami lari dan pulang ke rumah], berarti kami telah dikalahkan.
Jika kami tidak pergi ke sekolah, itu berarti masa depan kami telah hangus. Biarpun sekolah kami dihantam dan dihancurkan, dan kami hanya duduk di pinggir jalan, kami akan terus belajar.
Walau mereka telah mengebom sekolah-sekolah, kami akan membangun kembali sekolah-sekolah itu. Walau mereka merusak rumah-rumah, kami akan bangun kembali rumah-rumah itu. Walau mereka mengebom Masjid, kami dengan izin Allah akan dirikan Masjid kembali.
[Guru sekolah]
Rezim mulai menargetkan dan menyerang segalanya di masyarakat. Mereka menargetkan sekolah, Masjid-masjid jami’, gereja, dan rumah sakit.
Rezim menghancurkan seluruh fasilitas masyarakat. Gagasan utama dari penargetan sekolah adalah untuk merusak dan membunuh generasi ini, yang [malah] akan menumbuhkan ide kemerdekaan dan kebebasan. Dengan gagasan itu, maka hambatan ketakutan telah musnah secara keseluruhan dari generasi ini.
Generasi ini telah menyesuaikan dirinya untuk mengemukakan pemikiran mereka tanpa takut, [berani] mengekspresikan pendapatnya, mengekspresikan hak-haknya, dan mengekspresikan diri mereka sendiri atas segala apa yang mereka inginkan, tanpa ketakutan dan penyensoran.
[Syaikh Al ‘Arifi]
Sekolah-sekolah yang hancur kembali dibuka. “Mesin non-operasional” ini telah difungsikan kembali. Dinding yang roboh telah didirikan kembali. Menara yang dibom telah dibangkitkan lagi.
Para penduduk telah memperlihatkan pertahanan melalui kaum prianya, para wanitanya, dan generasi mudanya. Bahkan, dengan anak-anak kecil dan para bayi.
Telah jelas bahwa tekad mereka yang kuat dapat mengatasi setiap bencana ini. Untuk membangun kembali negeri mereka. Untuk membangun kembali fasilitas publik yang lebih bagus daripada yang mereka miliki sebelumnya.
[Paramedis]
Mulanya rumah sakit lapangan (darurat) tidak dirancang untuk menjadi rumah sakit (permanen). Sebetulnya kami dipersiapkan bekerja di tempat yang kami pilih, serupa dengan tempat ini, yang telah dipilih menjadi [layaknya] rumah sakit. Tempat ini dahulunya sebuah pabrik keju dan kami mengatur ulang [gedung ini].
Kami ditargetkan [rezim] beberapa kali, tetapi kami tidak dapat meninggalkan pekerjaan kami. Selama kami dapat bekerja, kami tidak akan meninggalkannya, insyaa Allah.
[Syaikh Al ‘Arifi]
Di ruang operasi, mereka yang terluka berbaring di atas ranjang kematiannya. Berapa banyak dokter telah ditangkapi [rezim]? Dan ahli bedah yang dibunuhi [rezim]? Berapa banyak perawat tewas disiksa [rezim]?
–Cuplikan detik-detik pengeboman Masjid, pengambil gambar bertakbir. Sebuah menara Masjid ditembaki tpesawat rezim hingga roboh. Seorang pria mengumandangkan adzan.–
[Asatidz Qur’an]
Ketika kami sedang duduk di Masjid sambil mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak, sebuah pesawat tempur datang dan menembaki Masjid. Lalu setelah itu [menara roboh], pesawat itu pergi.
[Syaikh Al ‘Arifi]
Namun, penyerangan itu tidak melemahkan tekad mereka [rakyat Suriah]. Iman mereka telah ditetapkan teguh setegar gunung.
Saat jiwa-jiwa kembali kepada Allah yang Maha Agung, dan hati penuh dengan keimanan, setiap yang berharga [ikhlas] dibelanjakan, setiap rasa sakit kian tak terasakan, dan di jalan Allah kematian menjadi manis.
–Suara takbir dan hawqallah, menara Masjid jatuh—
[Tukang Roti]
Sebuah serangan kejutan mengagetkan semua orang di negeri ini, sebab anak-anak yang kami lihat telah terbakar, termasuk kaum wanita, dan para pria.
Insyaa Allah, kami jika serangan datang, kami akan menghadang (melawan). Kami akan menjadi masyarakat yang bersatu. Kami akan bersabar [menanggung cobaan]. Kami akan saling menolong satu sama lain dengan apa saja.
Tak ada perbedaan antara orang kaya dan orang biasa. Biarpun yang satu berstatus orang besar, semuanya harus bekerja [sama]. Meski insiden ini terjadi lagi, kami tetap gigih. Sabar, insyaa Allah, kami akan tetap sabar.
[Syaikh Al ‘Arifi]
Para pemuda membangun inisiatif di tengah kehancuran, di reruntuhan kota-kota, dan puing-puing perkampungan. Mereka bangkit dari desingan peluru dan auman tembakan artileri.
[Aktivis Mahasiswa]
Yang menyatukan kami adalah semangat perubahan dan revolusi. Kami akan sampaikan pesan kami kepada masyarakat umun, melalui mural atau grafiti di jalan-jalan dan dinding-dinding kota.
Pada saat yang sama [dengan perlawanan], langkah ini sangat ampuh karena terdiri atas firman Allah terkait kenyataan yang kita hadapi [saat ini].
Saya melihat dinding di universitas saya, [dan] akan saya gambari. Saya pikir langkah ini lebih efektif dari senjata apapun.
[Syaikh Al ‘Arifi]
Sungguh ini memberi tahu kita semua bahwa, tekad yang kuat dan ketabahan [yang lahir] dari keyakinan dan keimanan, tak akan mampu dikalahkan apapun.
Dengan kemuliaan ini, dengan ketabahan dan kehendak ini, suriah akan hidup kembali.
Bumi Syam yang diberkahi akan hidup kembali.
Syam bumi iman. Syam bumi tekad yang kuat.
Demi Allah, saya bertanya kepada Anda, apakah orang-orang ini akan dikalahkan [rezim]?
(adibahasan/arrahmah.com)