NORWEGIA (Arrahmah.com) – Jutaan pemirsa YouTube telah terpikat oleh ‘Bocah Pahlawan Suriah’ yang berhasil menyelamatkan seorang gadis kecil di tengah berondongan tembakan. Sekarang sekelompok pembuat film Norwegia mengatakan kepada BBC Trending bahwa mereka berada di belakang pembuatan adegan itu. Mereka mengatakan video itu dibuat dengan lokasi syuting di Malta pada musim panas ini, lapor BBC pada Jum’at (14/11/2014).
Lars Klevberg (34), seorang sutradara film yang berbasis di Oslo, menulis sebuah naskah setelah menonton liputan berita konflik di Suriah. Dia berkata bahwa dia sengaja menghadirkan film itu sebagai realitas untuk menghasilkan diskusi tentang anak-anak di daerah konflik.
“Jika saya bisa membuat sebuah film dan menganggap itu nyata, orang akan berbagi dan bereaksi dengan harapan,” katanya. “Kami syuting di Malta pada bulan Mei tahun ini pada satu lokasi yang digunakan untuk film terkenal lainnya seperti Troy dan Gladiator,” kata Klevberg. “Anak laki-laki dan perempuan kecil itu adalah aktor profesional dari Malta. Suara-suara di latar belakangnya adalah para pengungsi Suriah yang tinggal di Malta.”
Apakah mereka nyaman membuat sebuah film yang berpotensi menipu jutaan orang? “Saya merasa tidak nyaman,” kata Klevberg. “Dengan mempublikasi sebuah klip yang bisa muncul [sebagai klip] otentik kami berharap untuk mengambil keuntungan dari alat yang sering digunakan dalam perang; membuat sebuah video yang diklaim nyata. Kami ingin melihat apakah film ini akan mendapatkan perhatian dan memacu perdebatan, pertama dan terutama tentang anak-anak dan perang. Kami juga ingin melihat bagaimana media akan menanggapi video tersebut.”
Bahkan film ini menerima dana dari Norwegian Film Institute (NFI) dan Dana Audio dan Visual dari Dewan Kesenian Norwegia pada bulan Oktober 2013. Para pembuat film mengatakan aplikasi mereka untuk pendanaan membuat jelas bahwa mereka ingin meng-upload film ke internet tanpa membuatnya jelas apakah itu nyata atau fiksi. Mereka juga mengklaim bahwa mereka yang membiayai itu menyadari, dan mendukung niat tersebut.
“Anak-anak yang masih hidup [setelah terkena] tembakan seharusnya menjadi petunjuk kecil bahwa [adegan] itu tidak nyata,” kata produser John Einar Hagen. “Kami telah berdiskusi panjang dengan pemodal film tentang etika sekitar membuat film seperti ini.”
“Itu bukan cara yang sinis untuk mendapatkan perhatian. Mereka memiliki motivasi yang jujur,” klaim Ase Meyer, komisaris film pendek untuk NFI kepada BBC Trending. “Saya terkejut orang-orang berpikir itu nyata. Ketika saya melihat film ini, anak kecil ditembak tapi dia terus berjalan. Tidak ada darah [yang terlihat] pada anak itu.” NFI memberikan 280.000 kroner (£ 26,480) terhadap produksi film ini. “Ini adalah sebuah film dengan anggaran yang sangat rendah,” kata Meyer. “Orang-orang biasanya mengajukan lebih banyak uang.”
Namun, ketika Meyer mendengar bahwa film ini online, ia menghubungi para pembuat film untuk mendorong mereka mengungkapkan bahwa itu fiksi. Ketika ditanya apakah NFI bertanggung jawab untuk memberitahu orang-orang bahwa film itu tidak nyata, Meyer mengatakan “Ini adalah tanggung jawab para pembuat film”.
Jadi sekali film itu dibuat, bagaimana film itu menjadi viral? “Itu telah diposting ke akun YouTube kami beberapa minggu yang lalu, tetapi algoritma mengatakan itu tidak menjadi tren,” kata Klevberg. “Jadi kami menghapus itu dan kembali mempostingnya.” Para pembuat film mengatakan mereka menambahkan kata “pahlawan” untuk judul barunya dan mencoba untuk mengirimkannya kepada orang-orang di Twitter untuk memulai percakapan. [Film] itu kemudian disambut oleh Shaam Network, saluran yang menampilkan materi dari Timur Tengah, yang diposting di YouTube. Kemudian mulai menarik perhatian internasional. Dalam waktu empat hari [film] itu telah ditonton lebih dari lima juta kali dan menginspirasi ribuan komentar.
Sejak di-upload ke YouTube pada Senin (10/11), video itu telah ditonton lebih dari lima juta kali dan menginspirasi ribuan komentar. Telah ada perdebatan besar tentang apakah itu asli atau tidak. Bagaimana para pemirsa itu akan bereaksi untuk mempelajari bahwa itu adalah sebuah karya fiksi yang masih harus dilihat. “Kami benar-benar senang dengan reaksi itu,” kata Klevberg. “Ini menciptakan sebuah perdebatan.”
(banan/arrahmah.com)