NEW YORK (Arrahmah.com) – Untuk keempat kalinya secara berturut-turut negara komunis Rusia dan China menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang hendak membawa rezim Bashar Asad ke Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC).
Stasiun TV Al-Jazeera melaporkan Rusia dan China menentang rancangan yang diajukan oleh Perancis untuk membawa kasus perang Suriah ke Pengadilan Kejahatan Internasional. Pemerintah Moscow dan Peking menggunakan hak veto mereka dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang digelar pada hari Kamis (22/5/2014). Sementara itu 13 negara-negara anggota DK PBB lainnya mendukung rancangan Perancis.
Usai pelaksanaan voting yang berujung kegagalan resolusi Dk PBB tersebut, Duta Besar AS di PBB Samantha Daya mengkritik sikap Rusia dan China.
“Sayangnya, karena keputusan oleh Federasi Rusia untuk mendukung rezim Suriah tidak peduli apa yang dilakukannya, rakyat Suriah tidak akan melihat keadilan hari ini,” katanya.
Daya menambahkan bahwa “Veto telah melindungi para penjahat buas yang menargetkan rakyat sipil”. Menurutnya dukungan Rusia dan China kepada rezim Bashar Asad tidak hanya melindungi rezim Suriah, namun juga melindungi “para ekstrimis”.
“Ini adalah saatnya bagi Rusia dan China untuk malu, sebab mereka telah memilih untuk memblokir upaya untuk mencapai keadilan bagi rakyat Suriah,” kata Duta Besar Inggris Mark Lyall Grant.
Rancangan resolusi DK PBB tersebut mengutuk “pelanggaran meluas” hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional oleh pihak berwenang Suriah dan milisi pro-pemerintah serta pelanggaran yang dilakukan oleh “kelompok bersenjata non-negara” selama tiga tahun terakhir. Hal itu akan memberikan ICC wewenang untuk menyelidiki “situasi di Suriah”.
Dewan Keamanan PBB selalu mandul untuk melindungi jutaan umat Islam yang tertindas di seluruh dunia. Rusia dan China selalu mempergunakan hak veto mereka untuk mendukung rezim Bashar Asad membantai ratusan ribu umat Islam Suriah. Hal itu sebagaimana Amerika Serikat, Inggris dan Perancis menggunakan hak veto mereka untuk mendukung negara penjajah “Israel” dalam menindas jutaan umat Islam Palestina.
(muhib al majdi/arrahmah.com)