JAKARTA (Arrahmah.com) – Gerakan Islam mempunyai metodologi perjuangan yang berbeda-beda, ada yang concern terhadap persoalan pendidikan, amar ma’ruf nahy munkar, dakwah tabligh, berpolitik, hingga menyerukan penegakan Khilafah. Perbedaan tersebut menurut Ustadz Amir Faishol Fath merupakan manifestasi tujuan Islam yaitu Rahmatan lil ‘alamin.
“Sesungguhnya variasi yang dilakukan saudara-saudara kita itu Refleksi dari Rahmat,” kata Bidang Dakwah DPP PKS Ustadz Amir kepada arrahmah.com, di sela-sela dialog pergerakan PMII “Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai Rahmatan lil ‘alamin”, Masjid Nurul Irfan, UNJ, Jakarta, Senin (27/2).
Oleh karena itu, menurut Ustadz Amir, gerakan yang melakukan hisbah atau penegakan amar ma’ruf nahi munkar pun, termasuk upaya gerakan tersebut mengajak manusia kepada rahmat.
“Hisbah yang dilakukan seperti FPI, itu karena rahmat, bukan karena benci, semata-mata hanya ingin terbebas dari api neraka,” ujarnya
Seringkali hal ini menurutnya, media atau musuh-musuh Islam melihat tindakan Kaum Muslimin hanya zhohirnya saja dan tidak menyeluruh.
“Contohnya, saya seorang ustadz atau habib. Seorang wanita ingin membunuh suaminya, lantas dicegah dengan memegang tangannya. Terus difoto, lantas dibilanglah Ustadz ini memegang wanita bukan istrinya. Pegang tangannya, bukan mengapa memegang tangannya, ini parsial saja yang diberitakan,” paparnya.
Ustadz Amir sendiri menjelaskan, bahwa tujuan makna dari ayat wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin menggandung penafian (penolakan) terhadap tujuan-tujuan lainnya dari diutusnya Rasulullah SAW kecuali istbat (ditetapkan) rahmat sebagai tujuan pokok pengutusannya.
Islam dalam tujuannya tersebut, tambahnya memiliki dua tujuan ihsan, yaitu berbuat ihsan kepada Allah dan berbuat ihsan kepada makhluk.
“Kalau hilang salah satunya, dijamin masuk neraka,” tukasnya sembari memberikan contoh kisah dalam sebuah hadist tentang seorang wanita ahli ibadah yang mengikat seekor kucing, hingga mati lalu di vonis masuk neraka oleh Rasulullah SAW.
Lebih dari itu, hakikat Rahmat tersebut menurut Ustadz Amir ialah mengajak manusia agar terhindar dari neraka. Untuk terhindar dari neraka perlu adanya pedoman yaitu Al Qur’an yang berbicara pada tatanan konsep.
“Karena masih bersifat teori, maka perlu ada yang menuntunnya, maka diutuslah Rasulullah SAW sebagai rahmat,” jelasnya. (bilal/arrahmah.com)