SANAA (Arrahmah.id) – Iran terus memasok senjata dan obat-obatan yang memicu perang Yaman meskipun ada kesepakatan untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, Utusan Khusus AS untuk Yaman Tim Lenderking mengatakan pada Kamis (11/5/2023).
Kesepakatan yang ditengahi Cina dicapai pada Maret, pembicaraan antara Arab Saudi dan Houtsi yang bersekutu dengan Iran di Yaman, dan gencatan senjata yang sebagian besar telah diadakan meskipun berakhir pada Oktober telah meningkatkan prospek untuk mengakhiri konflik.
Namun, Lenderking mengatakan kepada wartawan dalam pengarahan online tentang kunjungan terakhirnya ke kawasan itu, Iran masih memasok senjata dan obat-obatan yang membantu memicu perang yang meletus pada 2014 dan telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
“Orang-orang Iran terus menyelundupkan persenjataan dan narkotika ke dalam konflik ini dan kami sangat prihatin bahwa ini akan terus berlanjut meskipun ada manfaat yang akan datang dari kesepakatan Saudi-Iran. Jadi saya pikir itu adalah ruang yang harus kita perhatikan,” kata Lenderking.
“Terlepas dari kenyataan bahwa kami menyambut baik kesepakatan antara Saudi dan Iran, saya tetap khawatir tentang peran Iran,” katanya, berpendapat bahwa Teheran telah melatih pemberontak Houtsi dan memperlengkapi mereka “untuk melawan dan menyerang Arab Saudi”.
Iran membantah mempersenjatai Houtsi, yang merebut ibu kota Yaman, Sanaa, setelah menggulingkan pemerintah dan menguasai sebagian besar wilayah negara itu.
Perang secara luas telah dilihat sebagai pertarungan proksi antara Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer yang melakukan intervensi pada 2015, dan Iran.
Pejabat AS menuduh Iran melanggar resolusi PBB dengan memasok drone dan rudal ke Houtsi untuk serangan lintas batas ke Arab Saudi, meskipun tidak ada serangan seperti itu selama lebih dari setahun.
Perang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang bergantung pada bantuan internasional.
Kesepakatan Saudi-Iran saja tidak akan mengakhiri konflik, yang hanya dapat diselesaikan melalui negosiasi antara pihak Yaman, kata Lenderking.
Amerika Serikat tidak akan membuka kembali kedutaannya di Sanaa sampai yakin perang telah berakhir dan proses perdamaian yang “sangat tegas dan tidak dapat diubah” sedang berlangsung, katanya. (zarahamala/arrahmah.id)