AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Amerika Serikat (AS) menganggap tidak terkait dengan produksi film anti-Islam yang menggemparkan kaum Muslimin di seluruh dunia dan menimbulkan protes di seluruh dunia Islam, “Innocence of Muslims”.
“Ini video yang menjijikan dan patut dicela. Penting untuk diingat bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak ada hubungannya dengan produksinya (film anti-Islam),” kata utusan khusus AS untuk masyarakat Muslim Rashad Hussain kepada Pajhwok Afghan News dalam sebuah wawancara eksklusif.
Hussain mengklaim bahwa tidak hanya pemerintah AS, tetapi masyarakat yang berbeda agama pun, termasuk Kristen, telah mengutuk produksi film tersebut.
Hussain juga mengatakan, “sebagai seorang Muslim sendiri, Saya mengerti mengapa film itu menyebabkan orang-orang marah. Saya mengerti kedudukan Nabi Muhammad dalam Islam, tetapi pada saat yang sama, Saya juga tahu bahwa kekerasan sebagai reaksi atas video yang menyinggung ini tidak cocok dengan apapun.”
Dengan kata lain, Hussain menganggap bahwa tidak perlu ada bentrok fisik untuk membalas film yang menghina dan melecehkan Nabi tercinta Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam).
Rashid menambahkan bahwa dia telah membaca deskripsi dari video yang diunggah di Youtube itu, tetapi dia memutuskan untuk tidak menontonnya. Menurutnya, upaya untuk menghentikan orang mengunggah konten yang menyinggung di dunia modern ini tidak selalu berhasil.
“Kami juga memiliki nilai kebebasan berekspresi di Amerika Serikat, yang penting dan mengizinkan orang untuk mengatakan pemikiran mereka, mengizinkan orang seperti saya untuk mempraktekkan agama saya dengan bebas sebagai Muslim,” kata diplomat itu.
Utusan AS yang telah berkunjung ke Afghanistan beberapa kali ini dan telah bepergian ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara berpendapat bahwa sekelompok kecil ekstrimis menggunakan video tersebut sebagai katalis propaganda anti-AS.
“Sayangnya, ada orang-orang di dunia ini, yang masih minoritas, yang menggunakan video jenis ini untuk berusaha memprovokasi kemarahan dan kekerasan. Karena itu adalah hal yang ditolak oleh semua keyakinan, hal yang penting adalah bahwa orang-orang jangan menjatuhkan korban untuk itu,” Rashid berargumen.
Rashid nampaknya diutus untuk meredam kemarahan Muslim Afghan atas film tersebut, Rashid berjanji bahwa AS akan terus membangun “kerjasama” dalam isu-isu yang lebih luas, termasuk pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan dan kewiraswastaan. “Hal ini tidak akan menghentikan kami dari mengejar ‘perdamaian’. Kami telah mengakhiri satu perang di Irak dan kami sedang mengakhiri perang di Afghanistan juga. Kami akan melanjutkan transisi dan dukungan demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara.”
Rashid berharap para Imam yang biasa menjadi Khatib Jum’at menjelaskan kepada kaum Muslimin bahwa “kekerasan” dan “intoleransi agama” tidak bisa diterima.
Sementara itu, bagi sebagian besar kaum Muslimin, termasuk Muslim di Afghanistan yang marah atas film tersebut, menganggap tidak ada toleransi dan harus bertindak tegas karena AS telah berulangkali membiarkan kampanye anti-Islam terjadi, dan kaum Muslimin siap mengorbankan jiwa mereka demi membela kehormatan Islam dan Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam). (siraaj/arrahmah.com)