Satu lagi, dai Dewan Dakwah nyangkut. Bukan tersangkut di pohon atau apa, melainkan terus menetap di tempat pengabdian dakwah karena mendapatkan jodoh gadis setempat.
Dai tersebut adalah Roy Nugroho (27), alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir. Pria asal Labuhan Maringgai, Lampung Timur, ini pada Senin (22/8) lalu menikahi Miswati (19). Sang istri adalah putri dari Muslimin, Kepala Dusun Maling Pura, Desa Sipi, Kec Sirenja, Kab Donggala, Sulawesi Tengah.
Ustadz Roy begitu terharu sampai meneteskan airmata, tatkala menyambut kedatangan Tim Dewan Dakwah yang terdiri Muhammad Iqbal (Direktur Holding Company Dewan Dakwah), Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ade Salamun, Ketua Dewan Sulteng Haji Kasim Yahya (67) yang didampingi salah satu pengurusnya, Jamal (70).
‘‘Masya Allah Ustadz, ahlan wasahlan…,” seru Roy sambil memeluk satu persatu tetamunya itu. Kehadiran mereka sungguh istimewa baginya, lantaran butuh perjuangan berat untuk mencapai Dusun Pura.
Tim Dewan Dakwah Pusat bertolak dari Bandara Soetta Tangerang pada Ahad (21/8) menuju Airport Mutiara SIS Al Jufri Palu, Sulawesi Tengah, dengan lama penerbangan lebih 2 jam.
Setiba di Palu, mereka harus check in di penginapan. Esoknya menumpang mobil kijang tua Dewan Dakwah Sulteng menuju Desa Ombo Sirenja. Perjalanan beberapa jam itu dilanjutkan dengan naik ojek motor selama 2 jam melalui jalan tanah sepanjang 26 km yang sempit dan becek serta diapit hutan dan jurang di kanan-kirinya.
Perjalanan off road membelah kaki Gunung Panambaila dengan tanjakan dan turunan tajam itu diselingi istirahat beberapa kali pada ketinggian hingga 840 dpl. Maklumlah, mengingat Haji Kasim dan Jamal sudah cukup sepuh.
Tentu saja Ustadz Roy juga gembira mendapat perhatian besar dari organisasi induknya. Di hari pernikahannya, dai alumnus Akademi Dakwah Indonesia Metro, Lampung Tengah, ini merasa mendapat ayah pengganti bagi bapaknya yang sudah lama tiada.
Ustadz Roy mulai bertugas di Maling Pura sejak Januari 2016, setelah Lulus dari STID Natsir. Dari gemerlap dan hiruk pikuk Ibukota, ia tiba-tiba harus bermukim di dusun yang terpencil dan seperti terisolasi dari peradaban kota. Bayangkan, satu-satunya akses ke kampung ini hanyalah jalanan bebatuan bekas aliran air sungai dari gunung.
Alhamdulillah, kerja dakwah Ustadz Roy cukup diterima warga setempat yang berjumlah sekitar 270 keluarga (Dusun IV dan V). Pembawaan ustadz menuai simpati penduduk dusun segala lapisan, dari anak-anak sampai orang tua.
”Ustadz Roy orangnya enak, santun dan tidak pernah menyalahkan apalagi mencela kekurangan kita,” ujar Tanzil, penarik ojek yang ditumpangi Ade Salamun.
Selama Ramadhan lalu, kiprah Ustadz Roy diperkuat oleh Kafilah Dakwah Mahasiswa STID Natsir. Kehidupan spiritual di Pura semakin meriah jadinya.
Maka, tatkala Kafilah Dakwah harus pulang karena masa tugasnya sudah berakhir, banyak warga menangis. Bahkan mereka mengutus perwakilan penduduk untuk mengantar kepergian kafilah hingga ke Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu.
”Mohon, dakwah jangan berhenti. Kami siap mendukung, kalau perlu kami sediakan tanah jika Dewan Da’wah ingin membangun pesantren di sini,” tutur Aziz, warga Pura yang selama ini menjadi orangtua angkat Ustadz Roy.
Direktur LAZIS Dewan Dakwah berterima kasih kepada para donatur yang selama ini mendukung Program Dakwah Pedalaman. Wabil khusus untuk menunjang kerja Ustadz Roy di pelosok Donggala, Ade Salamun mengajak masyarakat menyediakan sarana transportasi yang memadai.
(azmuttaqin/*/arrahmah.com)