SOLO (Arrahmah.com) – Jika orang yang bukan ahlinya berbicara, maka yang keluar dari pernyataannya hanyalah sebuah kebodohan bahkan kesesatan. Dan inilah yang saat ini terjadi ke banyak orang yang menjadi tokoh publik, berbicara bukan dalam kapasitasnya.
Demikian menurut DR Muhammad Mu’inudinillah Basri seperti dilaporkan Islampos.com, saat ditemui Islampos di sela-sela acara refleksi perjalanan dakwah 10 tahun INSISTS di gedung pertemuan Al-Irsyad Solo Sabtu malam kemarin (26/1/2013)
Baru-baru ini seorang politisi yang dulunya aktivis dakwah bernama Fahri Hamzah (FH) ‘berkicau’ di akun twitternya dengan mengatakan agama tidak perlu negara dan dirinya secara tegas mengatakan ia tidak percaya dengan negara agama, telah menuai banyak pro-kontra.
Bagi orang-orang yang menjadi pendukung tokoh tersebut mengatakan apa yang dinyatakan FH adalah sesuatu yang benar, karena tidak ada negara teokrasi dalam Islam, namun bagi orang-orang yang mengkritisi pernyataan FH akan mengatakan tokoh itu telah melecehkan Islam itu sendiri dengan meminggirkan peran agama di dalam negara.
“Saya melihat hal itu sebuah kebodohan bahkan sangat-sangat bodoh,” tegas DR Muhammad Mu’inudinillah Basri yang lebih dikenal sebagai Ustadz Muin.
Ustadz Muin menilai pernyataan FH adalah pernyataan yang keluar dari orang yang tidak memiliki kapasitas untuk berbicara masalah tersebut. “Inilah kalo setiap orang ngomong bukan pada kapasitasnya, walaupun itu tidak termasuk qoth’iyat dalam dinul Islam tetapi bagi orang yang terjun di dunia dakwah maka hal itu bisa jadi sesuatu yang sangat aksiomatis, meskipun di kalangan orang awam sebaliknya,” ujar ustadz yang dikenal dan dihormati oleh banyak kelompok Islam yang ada di wilayah Solo ini.
Dalam penilaian Ustadz Muin, pernyataan nyeleneh FH lebih cenderung ke arah mencari sensasi karena bukan sekali dua kali dia mengeluarkan pernyataan-pernyataan ‘aneh’ di akun twitternya bahkan di depan media. Jadi apa yang disampaikannya kali ini jelas menunjukkan kebodohan dirinya sebagai orang yang mengaku berasal dari ‘partai dakwah’, jelas ustadz Muin.
Dalam penjelasannya ustadz Muin juga menyatakan bahwa pernyataan FH bisa berimplikasi sangat luas dan bisa mengarah ke arah sekularisme, karena dengan menyatakan agama tidak perlu negara itu sama saja menegaskan bahwa agama tidak boleh campur tangan dalam urusan negara. Penerapan ajaran Islam itu sendiri memerlukan kekuasaan atau institusi yang bisa menaunginya dan itu adalah negara atau apapun namanya.
“Kalau FH sebenarnya memahami apa yang disampaikannya itu salah, maka dia bisa dihukumi sebagai sosok dholun mudhil. Dan pernyataanya itu bukan hanya salah tapi kesesatan yang sangat-sangat,” tegas ustadz Muin kepada Islampos.com.
Terkait para pendukung FH yang meminta orang-orang yang mengkritisi pernyataan Fh harus melakukan tabayyun ke FH langsung, ustadz Muin menjelaskan bahwa jika kita semua sepakat bahwa memang benar FH yang menyampaikan hal tersebut dan bukan sesuatu yang dibikin-bikin oleh orang lain dan kita pun susah untuk meminta dia agar mengklarifikasi pernyataannya secara langsung apalagi pernyataannya itu disampaikan secara terbuka di depan publik, maka kita tidak perlu tabayyun.
“Kita harus miliki pandangan kapan dalil itu digunakan (dalil tentang tabayyun). Ada dalil untuk kita dan ada dalil untuk orang lain. Kalau kita yang melakukan subhat maka jangan nunggu orang yang tabayyun ke kita dan juga jangan nyalahin orang yang akhirnya bersuuzhon kepada kita. Artinya kita lah yang harus memberikan klarifikasi ke orang,” pungkas ustadz Muin. (bilal/arrahmah.com)