SOLO (Arrahmah.com) – Pro kontra, issue dan problematika yang selama ini melekat pada diri pimpinan Ponpes Al Islam Gumuk Solo Jawa Tengah, ustadz Mudzakkir terkait tuduhan bahwa dirinya merupakan bagian dari Syi’ah, akhirnya terkuak.
Paling tidak, satu benang kusut dari sekian keruwetan yang ada sudah terurai, saat ustadz Mudzakkir mengisi kajian Jum’at malam bertema ” KEUNGGULAN SUNNI TERHADAP SYI’AH” di masjid Istiqlal Sumber Solo, pada Jum’at (12/7/2013).
Dalam kesempatan tersebut, di akhir-akhir acara, tepatnya pada waktu sesi tanya jawab dan sekitar sepuluh menit sebelum acara akan selesai, ustadz Mudzakkir menyatakan dirinya adalah seorang muslim, dan bukan Syi’ah.
Namun, sebelum ustadz Mudzakkir mengungkapkan kalimat tersebut, terlebih dahulu diwarnai dengan suara lantang dari para jama’ah yang menginginkan agar ustadz Mudzakkir mengatakan secara jelas dan tegas bahwa dirinya bukan Syi’ah dan Syi’ah itu Kafir.
Hal ini seperti yang di minta Ketua Dewan Syari’ah Kota Surakarta (DSKS), Ustadz Dr Mu’inudinillah Basri yang juga hadir dalam kajian pada malam itu, yang merupakan salah satu dari ribuan jama’ah yang memadati kompleks masjid Istiqlal.
Ustadz Mu’in menjelaskan, hal ini diminta karena banyaknya orang yang menuduh ustadz Mudzakkir Syi’ah, namun tidak mau untuk tabayyun. Bahkan banyak diantara yang menuduh tersebut, 100 % sudah yakin bahwa ustadz Mudzakkir itu Syi’ah.
Disisi lain, ustadz Mudzakkir sebagai pihak yang tertuduh mengatakan tidak mau untuk memberikan klarifikasi. Maka, dalam kondisi seperti itu, ustadz Mu’in mengaku bingung. Apalagi DSKS juga dikait-kaitkan dalam permasalahan tersebut.
“Saya akan menjadi saksi, ketika beliau mengatakan; Saya ahlu sunnah dan saya bukan Syi’ah. Semua bertanggungjawab dan akan menjadi saksi, setelah itu tidak ada omongan lagi,” pinta ustadz Mu’in.
Secara syari’ah, kata ustadz Mu’in, Rasulullah Saw sebetulnya sudah memberikan contoh yang harus dilakukan kedua belah pihak terkait situasi seperti itu. Dimana, saat istri tercinta beliau, yakni ‘Aisyah ra dituduh telah berzina dengan salah seorang sahabat.
Awalnya, Rasulullah hampir percaya dengan fitnah yang dihembuskan oleh orang munafiq dan Yahudi. Tapi, ‘Aisyah sebagai pihak tertuduh mengatakan dirinya bukan pezina. Dan setelah turun ayat yang mengungkap kebenaran tersebut, akhirnya Rasulullah juga mengatakan istrinya tidak selingkuh.
“Kalau Rasulullah demikian, mudah-mudahan insya Allah ustadz Mudzakkir berqudwah; Saya bukan Syi’ah seperti yang kita tuduhkan. Ini syari’ah, terima kasih ustadz, agar supaya masyarakat ini tidak bingung dengan ustadz Mudzakkir, mudah-mudahan setelah ini kita sudah bisa tenang yaa,” lanjutnya.
Tak hanya jama’ah putra, ada pula jama’ah putri yang menginginkan kesaksian tersebut. Dia merasa prihatin dengan kondisi itu. Dirinya mengatakan, jika ustadz Mudzakkir tidak segera menyelesaikan masalah tersebut, akan berakibat perpecahan bagi umat Islam.
Selain itu, dia juga mengharap ustadz Mudzakkir untuk menyelamatkan umat agar terhindar dari perpecahan. Jangan sampai situasi seperti itu, memberikan angin segar dan membuat orang Kafir senang dan bertepuk tangan.
Mendengar sejumlah permintaan dari para jama’ah, ustadz Mudzakkir lalu berkata: “Kita semuanya ini, bapak-bapak ibu-ibu saudara-saudara sekalian, berada di kekuasaan Allah Ta’ala, ndak bisa, saya ini ndak bisa menolong orang, yang bisa menolong itu Allah Ta’ala. Kita semuanya ini sama, kita ini orang dho’if, orang-orang lemah,”
Namun, mendengar jawaban dari ustadz Mudzakkir seperti itu, para jama’ah intrupsi dan bersuara lagi bahwa bukan seperti itu jawaban yang di inginkan.
Disamping itu, para jama’ah juga merasa kecewa dengan sejumlah jawaban ustadz Mudzakkir, mulai dari penanya pertama hingga ke-empat, yang terkesan muter-muter dan tidak jelas arahnya. Para jamaah hanya meminta kesaksian ustadz Mudzakkir, apakah dirinya ahlu sunnah atau Syi’ah.
Kemudian dijawab lagi oleh ustadz Mudzakkir : “Kalau saudara-saudara menganggap (jawaban -red) saya mubeng-mubeng (muter-muter -red) ya sudah saya tidak usah jawab, cukup,” katanya.
“(kemudian sambil meletakkan mic yang dia pegang, ustadz Mudzakkir lalu berkata –red) Apapun yang saudara katakan, omongan saya sudah jelas, tidak ada sesuatu yang diragukan, yaa, saya muslim,” tandasnya.
“Allah mengatakan huwa sammaul-muslimin min qobli wa fie hadza (Dia –Allah- telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan -begitu pula- dalam -Al Qur’an- ini. QS. Al Hajj 22 : 78 -red), saya muslim,” tambahnya.
“Di Madinah kebetulan saya juga waktu sholat menjama’ dhuhur dengan ashar, berkali-kali ketahuan disitu didatangi askar, dipegang tangan saya; “Dari mana? Dari Indonesia. (Askar bertanya lagi -red) Malaysia? Bukan, Indonesia. (Askar bertanya lagi -red) Ente Syi’i? Saya jawab muslim, bukan Syi’i,” tegasnya.
Ustadz Mudzakkir melanjutkan, meskipun dirinya menyatakan bukan Syi’ah, tapi jika diminta atau dipaksa untuk mengkafirkan Syi’ah, dirinya tidak bisa.
“Tetapi kalau saya disuruh mengkafirkan saudara saya dikalangan Syi’ah, Tidak. Apalagi disuruh memusuhi ahlu sunnah, Tidak. Semua muslim,” tandasnya.
“Tidak percaya kepada saya silahkan, itu padune taqqiyah, silahkan. Pokoknya saya sudah katakan, setiap tuduhan, siapapun juga, kita ketemu di mahsyar (di akhirat -red). Di dunia tidak akan saya tuntut, insya Allah,” imbuhnya.
“(kemudian ada jama’ah yang berseru; beri penjelasan ustadz. Lalu dijawab ustadz Mudzakkir -red) Di mahsyar, di mahsyar saja ketemu kita,” pungkasnya.
(voa-islam.com/arrahmah.com)