JAKARTA (Arrahmah.com) – Gonjang- ganjing yang saat ini menimpa PKS hingga petingginya harus berurusan dengan KPK, ditambah lagi beberapa tokoh penting PKS tidak bisa lagi memberikan contoh yang baik kepada umat, membuat pendiri Partai Keadilan (PK) – yang merupakan embrio dari PKS – merasa jengah dan kecewa. Bentuk kekecewaan itu membuat sang tokoh pendiri partai, ustadz Mashadi mengusulkan agar PKS sebaiknya dibubarkan saja.
“Saya minta supaya PKS itu membubarkan diri dan seluruh asetnya dijual dikembalikan ke masyarakat dan kemudian minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia,” ujar ustadz Mashadi di depan ratusan orang yang menghadiri acara diskusi “Parpol Islam: Solusi Atau Masalah” yang diselenggarakan oleh Forum Studi Islam (FSI) FISIP UI, Rabu lalu.
Pernyataan tegas ustadz Mashadi tersebut disampaikannya sewaktu menanggapi paparan para pembicara dalam acara diskusi tersebut. Alasan beliau meminta agar PKS dibubarkan karena dirinya merasa sangat sedih dan kecewa melihat orang-orang yang dahulu bersama dengan dirinya bisa sampai tersangkut kasus korupsi. Baginya ditangkapnya LHI oleh KPK dan dipanggilnya Hilmi Aminuddin ke KPK merupakan sesuatu yang tidak bisa beliau bayangkan sebelumnya. “Ini benar-benar unpredictable tokoh partai dakwah bisa terlibat kasus seperti ini,” katanya dengan nada kecewa. Menurut beliau jika PKS itu diistilahkan sebagai sebuah brand atau merk dagang, maka PKS sudah tidak layak lagi untuk dijual.
Ditangkapnya LHI dalam kasus korupsi oleh KPK, bagi beliau sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. “Tidak masuk akal pemimpin puncak jamaah dakwah di Indonesia ditangkap oleh KPK dan ditahan atas tuduhan korupsi,” tegas ustadz Mashadi.
Selain meminta agar PKS membubarkan diri, beliau juga membantah pernyataan salah seorang pembicara diskusi Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra, SH yang mengatakan orang-orang yang sekarang di dalam tubuh PKS hanya mengadopsi ideologi Ikhwanul Muslimin. Namun menurut beliau justru PKS itu merupakan representatif Ikhwanul Muslimin yang ada di Indonesia.
Dikenal sebagai sosok bersahaja, ustadz Mashadi termasuk generasi awal gerakan Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin) di Indonesia. Di era reformasi, beliau bersama dengan ustadz Abu Ridho-lah yang sangat getol mewacanakan agar jamaah Tarbiyah membentuk partai politik dengan alasan memanfaatkan momen yang terjadi saat itu. Dan di tahun 1999 resmi berdiri partai politik yang berasal dari jamaah tarbiyah dengan nama Partai Keadilan (PK) – yang setelah tidak lolos electoral treshold berganti nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Karena kesederhanaannya sewaktu menjadi anggota legislatif di era PK, Ustadz Mashadi di pemilu 2004 menjadi salah satu ‘jualan’ PKS untuk meraih simpati masyarakat. Dan terbukti pada pemilu 2004, PKS meraih suara yang signifikan.
(islampos/arrahmah.com)