JAKARTA (Arrahmah.com) – Seringkali tokoh-tokoh atau orang awam kebanyakan di Indonesia menyebut wahabi, untuk menstigma suatu kelompok orang. Stigma itu biasanya karena tidak setuju dan tidak sependapat dengan aktifitas dakwah yang dilakukan. Stigma wahabi itu dinisbatkan atau disandarkan kepada kelompok yang mengikuti ulama yang benama Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi rahimahullâh (1115-1206 H).
Jika demikian logika berpikirnya, maka NU itu adalah Wahabi, karena mereka warga nahdliyin adalah pengikut KH. Abdul Wahab Chasbullah rahimahullah, salah satu pendiri NU. Ustadz Muhammad Thalib Al-Yamani, Amir MMI dalam perbincangan dengan arrahmah.com Rabu (12/6/2013), mengatakan bahwa NU itu wahabi sejati, mengapa? Karena pendiri NU itu adalah KH. Abdul Wahab Chasbullah. Wahabi itu dinisbatkan kepada nama KH. Abdul Wahab.”Jelas NU itu wahabi”, demikian dia mengualng-ulang perkataanya
KH. Abdul Wahab Chasbullah lahir di Jombang 31 Maret 1888, dan wafat 29 Desember 1971 pada usia 83 tahun.KH. Abdul Wahab Chasbulloh merupakan bapak Pendiri NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Beliau juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1914 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”. Dia belajar di Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona R. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Disamping itu, Kyai Wahab juga merantau ke Makkah untuk berguru kepada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dengan hasil nilai istimewa.
Ideologi trans nasional
Selanjutnya ustadz juga mengatakan bahwa NU itu trans nasional. Mengapa demikian? karena pertama, para pendiri NU belajar di Makkah Saudi Arabia. Kedua, NU menganut madzhab Imam Syafi’ie rahimahullah yang notabene bukan orang Indonesia. Jadi jelas “NU itu trans nasional”, tegas ustadz Thalib.
“Kalau NU konsekwen dengan gerakan trans nasional maka dia harus lepas dari salah satu madzhab 4 Imam yang dianut, karena mereka juga bukan orang Indonesia.” ujar ustadz ahli debat ini.
Pendiri Nahdlatul Ulama ada 3 orang yakni, pertama, KH. Hasyim As’ari (1817-1947), pondok pesantren Tebu Ireng Jombang. Kedua, KH. Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) pondok pesantren Tambak Beras Jombang. Ketiga, KH Bisri Syansuri (186-1980). Ketiga ulama NU ini muara menuntut ilmunya di Makkah, Saudi Arabia. Lintas nasional.
Sekarang ini BNPT bekerjasama dengan lembaga dalam tubuh NU untuk menjalankan program deradikalisasi. Salah satu program itu adalah menjadikan masjid-masjid di Indonesia steril dari ideologi trans nasional. Padahal jelas-jelas NU itu trans nasional dilihat dari dua sisi yang dikemukakan oleh ustadz Thalib di atas. “Maka itu mereka melakukan bunuh diri” kata ustadz Thalib mengakhiri perbincangan malam itu.
(azmuttaqin/arrahmah.com)