JAKARTA (Arrahmah.com) – Seorang Muslim tidak boleh lupa bahwa dirinya mempunyai musuh, karena sejatinya setiap Muslim memiliki musuh yang abadi.
“Ini yang sering dilupakan oleh orang-orang merasa tidak punya musuh. Padahal Imam Ibnu Hazm Rahimahullah pernah mengatakan “orang yang merasa bahwa dirinya tidak punya musuh itu orang yang Majnun (gila)”. Kata Ustadz Farid Ahmad Oqbah saat mengisi kajian pagi dalam rangkaian acara Malam Bina Ima dan Taqwa (MABIT) Peduli Suriah di AQL Center, Tebet Utara, Jakarta, Minggu pagi (8/7).
Lanjut Ustadz Farid, keniscayaan seorang Muslim meiliki musuh abadi telah diinformasikan jauh-jauh hari oleh Allah melalui firmannya di surat Al-An’am :112, bahwa Allah menjadikan setiap nabi memiliki Musuh yaitu setan dari kalangan manusia dan Jin dengan membuat pernyataan yang bagus-bagus untuk menyesatkan hamba-hamba Allah.
“Ini harus diperhatikan dalam ayat itu Allah mendahulukan penyebutan setan dari jenis Manusia,” ujarnya.
Mengingat dan menyadari keberadaan musuh, kata ustadz Farid, sangatlah penting bagi umat Islam agar tidak dizholimi seperti yang sudah-sudah.
“Ketika umat Islam lalai terhadap gerakan musuh ini, begitulah yang akan terjadi seperti pembantaian umat Islam di Afghanistan,” jelasnya.
Pembantaian yang menurut Ustadz farid, terjadi di depan mata PBB, negeri-negeri arab, negeri-negeri Islam, dan memakan korban yang sangat banyak dari kaum Muslimin. Serta akibat, dari kondisi kaum Muslimin yang lemah dan tidak memiliki apa-apa (miskin) serta dibawah kungkungan pemerintahan boneka komunis sovyet.
Namun menurutnya, kondisi tersebut berubah ketika sekelompok umat Islam di Afghanistan mengikuti petunjuk Allah yang mengizinkan berperang bagi mereka yang dizolimi, dimana Allah menjanjikan kemenangan pula didalamnya.
“Hal ini direalisasikan oleh 13 orang yang bergerilya bermodalkan jenggot dan belati. Dalam sebuah wawancara dengan pasukan Sovyet, mereka mengakui takut dengan Mujahidin yang bermodal dua hal itu” Ungkap ustadz Farid menjelaskan karomah Mujahidin.
Permusuhan tersebut, tidak berhenti pada Uni Sovyet saja. Setelah negeri ‘Beruang merah’ tersebut beserta negara satelitnya runtuh, menurutnya, Amerika menjadikan umat Islam sebagai musuh selanjutnya berdasarkan thesis penasihat Gedung Putih Samuel Huntington mengenai ‘clash civilisation’ (benturan peradaban).
“Dari sana Amerika membuat isu perang melawan teror sebagai upaya memerangi Islam dan Mujahidin” tutur Ustadz Farid.
Menyikapi tantangan permusuhan tersebut, Ustadz Farid menghimbau kaum Muslimin untuk kembali kepada al Qur’an. Pasalnya, Allah telah memberitahukan metode menghadapi orang-orang kafir dan munafiq yang hendak memadamkan cahaya Allah. Yaitu melalui Bil huuda wah dinil haq berupa kekuatan Iman dan amaliyah.
“Bil huda atau petunjuk akan melahirkan keimanan, Makanya pembinaan-pembinaan seperti acara Mabit tersebut, sangat penting untuk melahirkan keimanan,”ucapnya
Tambahnya, dengan keimanan lah akan lahir kekuatan. Sebab 70 % kekuatanberasal dari Iman dan hanya 30 % berasal dari kekuatan fisik. ” Jika imannya amburadul, perilaku dan omongan dan pribadi orang itu akan amburadul . Jika imannya bagus, maka akan menghasilkan karakter yang bagus pula,”ungkapnya.
Dan point kedua, sambung Ustadz Farid, yaitu wah dinil haq atau dengan menampilkan Haq melalui amal-amal sholih yang dipraktekan. Hal itu akan mampu menegakkan kebenaran seperti tersirat pula dalam makna hadis yang diriwayatkan oleh Huzaifah bin Yaman Ra bahwa Islam mempunyai delapan bagian yang menjelaskan keberhasilan dilalui dengan mengamalkan perintah Allah. ” Jika umat Islam ingin masuk dari delapan pintu surga, tidak boleh meninggalkan kedelapan bagian tersebut” tandasnya.
Delapan bagian Islam tersebut itu sendiri ialah Islam itu sendiri, Sholat, Puasa, , Zakat, haji, Jihad fi sabilillah, amar ma’ruf, Dan Nahi munkar. (bilal/arrahmah.com)