BOGOR (Arrahmah.com) – Dalam rangka menyelamatkan akidah umat Islam di momen natal dan tahun baru khususnya di lingkungan kampus Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Pusat Kajian Islam (PUSKI) UIKA Bogor yang di dukung oleh Forum Umat Islam (FUI) Bogor Raya dan Tabloid Suara Islam pada Senin (24/12/2012) lalu mengadakan seminar akhir tahun dengan tema “Antara Kristenisasi & Toleransi”.
Yang hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut Ustadz Bernard Abdul Jabbar, mantan misionaris yang kini aktif di Dewan Dakwah Bekasi, dan Ustads Iyus Khaerunnas, Ketua MUI Bogor Komisi Kerukunan Beragama.
Ustadz Bernard mengatakan banyaknya kaum muslimin yang terjebak dengan makna toleransi. Mereka berlomba-lomba memasang ucapan selamat Natal dan Tahun Baru, padahal itu bisa membatalkan akidah, keimanan seseorang. Ustadz Bernard menjelaskan bagaimana strategi kaum salibis memurtadkan orang Islam.
“Dalam momen natal dan tahun baru orang-orang kafir yang didukung oleh berbagai media memeriahkan momen tersebut dengan menayangkan berbagai acara dengan berlebihan, memasang berbagai atribut seperti pohon natal, spanduk dan sebagainya. Dan tidak sedikit pihak-pihak salibis yang berkuasa di berbagai perusahaan memaksakan kepada pegawainya untuk memakai simbol-simbol salibis seperti memakai pakaian sinterklas dengan ancaman pecat jika tidak dilaksanakan, itu semua adalah modus pemurtadan” ujar Ustadz Bernard.
“Kita sebagai kaum muslim punya cara hidup sendiri yang terikat hukum halal dan haram, kita tidak boleh mengikuti cara hidup orang kafir, itu dilarang oleh Allah dan RasulNya,” tegasnya.
Ustadz Bernard mengungkap landasan dan aktivitas kristenisasi. Ia menjelaskan misi kristenisasi itu ada dalam Bible. Akan tetapi perintah itu diambil dari ayat tambahan (palsu, red). Jadi, “Misi Kristenisasi itu adalah bid’ah dlalalah”, ujar Bernard disambut tawa para peserta.
Ceramah yang diselingi cerita perjalan dakwah Ustadz Bernard dibalas dengan antusiasme peserta untuk bertanya dan berdialog. Pada acara itu, muncul pula kritik terhadap istilah “Non-Muslim”. Padahal, menurut Ustadz Bernard, orang Kristen pun tidak menyebut muslim dengan sebutan “non-kristen”. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menggunakan istilah-istilah yang diajarkan agama.
Sikap Terhadap Kafir Kristen
Pada sesi berikutnya, Ustadz Iyus memaparkan tentang klasifikasi Muslim. Menurut Ustadz yang juga ketua FUI Bogor Raya ini, ada Muslim yang Sadar, tapi ada juga Muslim yang Ala Kadar, bahkan Kurang Ajar. Kelompok Liberal, menurut Ustadz Iyus adalah Muslim yang kurang ajar. Untuk itu, Ustadz Iyus mengajak seluruh hadirin agar menjadi Muslim yang Sadar akan kewajiban. Begitu juga dalam hal ucapan selamat kepada hari raya orang kafir, sudah jelas haram.
“Sikap MUI sudah jelas, bahwa fatwa yang dicetuskan oleh Buya Hamka tentang haramnya mengucapkan selamat apalagi mengikuti perayaan orang-orang kafir adalah tegas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ini sudah masuk wilayah prinsip akidah yang harus dipertahankan. Namun jika wilayah muamalah itu boleh dilakukan selama tidak ada unsur keharaman didalamnya” jelasnya.
Diakhir acara, Ustadz Iyus menyerukan kepada seluruh jama’ah masjid agar berhati-hati terhadap siasat para misionaris Kristen. Ustadz Iyus memberikan contoh tentang gerakan yang dilakukan oleh GKI Yasmin. (siraaj/arrahmah.com)