JAKARTA (Arrahmah.com) – Mengomentari dakwah yang diharapkan tanpa berdarah-darah, Ustadz Amir Faisol Fath mengatakan bahwa dakwah tidak selamanya dihadapi dengan lancar dan aman. Akan tetapi, dakwah seringkali juga mengahadapi tantangan kemunkaran dan kekerasan, maka seyogyanya tindakan yang harus diambil juga sesuai dengan situasi tersebut.
“Rasulullah tidak selamanya diam saja, ada perangnya, ada dakwahnya. Itulah Islam, jangan diambil secara parsial saja, harus komprehensif,” kata Ustadz Amir kepada arrahmah.com, di UNJ, Jakarta, Senin sore(27/2).
Sebelumnya, seorang aktivis Asian Moslem Action Network (AMAN) dalam paparannya meminta agar dakwah yang dilakukan berbagai kelompok, harus berkomitmen tidak menggunakan kekerasan tanpa alasan apapun.
“Bisa tidak kalau kita berdakwah tanpa dengan kekerasan?, saya rasa bisa ya,” ungkap Dwi Rubianti yang juga mantan aktivis PMII.
Ustadz Amir menambahkan, jangan suatu kelompok menyerang dan menyalahkan kelompok lain yang melakukan perbuatan yang berbeda dengan kelompoknya.
“Jangan karena kita aktif di wilayah pembinaan, kita menjelek-jelekkan mereka yang beramar-ma’ruf nahy munkar, kita tidak semuanya bisa menjadi dokter dan polisi sekaligus atau membina sekaligus,” tukas Bidang Dakwah DPP PKS ini.
Hal tersebut, menurutnya bisa dilihat pada peristiwa di Palestina,yang mengalami penindasan, tidak mugkin berdiam diri tetapi harus melakukan perlawanan.
“Oleh karena itu kita harus memandang diri kita secara superior, berIzzah, Islam mengajarkan itu, jangan hanya inferior dan juga mengambil secara parsial saja, sebab yang parsial saja pasti bukan ajaran Islam,” tandasnya.
Sebelumnya, beliau menganalogikan perlunya melakukan sikap yang bukan hanya berdiam diri saja atas nama dakwah yang sejuk. Dengan mengilustrasikan siklus kesehatan manusia yang tidak selalu sehat. Namun,terkadang juga mengalami sakit yang mengharuskan seseorang mengambil sikap untuk mengobatinya.
“Jika orang tersebut inferior maka dia akan berdiam saja. Namun, bila dia superior, maka akan mengobatinya hingga ke dokter yang memungkinkan mendapat penanganan yang lebih berbahaya. Jadi dakwah itu bukan hanya damai saja, terkadang mengalami sakit dan harus diamputasi,” beber ustadz Amir. (bilal/arrahmah.com)