SEMARANG (Arrahmah.com) – LUISS (Laskar Umat Islam Semarang), Rabu (12/9/2012) Jam 20.00 WIB, mengadakan acara kajian pembinaan.
Acara yang berlangsung di Masjid Al Hikmah, Jl.Suyudono kota Semarang ini, ditujukan untuk anggota maupun masyarakat umum.
Kajian kali ini disampaikan oleh Ustadz Afif Abdul Madjid, dari kota Solo. Dalam taushiahnya Ustadz Afif menyampaikan sulitnya umat Islam untuk mendapatkan surga, jika tinggal di sebuah negara yang diatur oleh sistem Demokrasi.
“Wakil-wakil rakyat inilah arbaban minduunillah (tuhan-tuhan selain Allah) yang sekarang menentukan kehidupan kita, yang menentukan haq dan bathil, yang menentukan halal dan haram. Kalau sudah seperti itu bagaimana?” ungkap ustadz Afif prihatin.
“Susah untuk menjadi orang Islam yang akan mendapatkan surga, karena kita hidup di sebuah negara dengan sistem demokrasi dimana kita meyakini kebenaran demokrasi tersebut,” jelas Pengasuh Ponpes Iskarima, Karanganyar ini.
Ustadz Afif menambahkan bahwa inilah sebuah petaka bagi umat Islam, karena mereka hidup diatur oleh hukum buatan arbaban minduunillah (wakil-wakil rakyat ), bukan oleh Al-Qur’an. Dan jika mereka diwafatkan oleh Malaikat dalam keadaan ridho terhadap kondisi tersebut maka mereka masuk dalam golongan ahli neraka.
“inilah Petaka bagi kita, kondisi seperti inilah yang menjadikan kita tidak beriman kepada Al- Qur’an, tidak beriman kepada Allah. Sebuah kondisi dimana negara ini diatur oleh hukum-hukum buatan manusia yang bertentangan dengan Al-Qur’an. Jika kemudian kita mati dalam kondisi seperti ini, maka kita akan ditanya oleh Malaikat dan masuk dalam golongan ahli neraka, sebagaimana Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 97:
‘Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri ini.” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya neraka jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.’
“Maka ayat ini sebagai tantangan bagi kita. Apa yang akan kita lakukan, apa yang akan kita perbuat dalam kondisi seperti ini. Kondisi dimana umat Islam hari ini dijauhkan dari Al-Qur’an dan digrogoti keimanannya. Apakah kita hanya berdiam diri atau malah “nyelekutis” (ketakutan),” tambahnya. (bilal/LUISS/arrahmah.com)