SOLO (Arrahmah.com) – Menanggapi berbagai polemik seputar konflik yang terjadi di Suriah, apakah termasuk konflik Politik, konflik Sektarian atau konflik Agama, Ustadz Abu Rusydan da’i muda asal kota Kretek Kudus ini menjelaskan bahwa dari berbagai sumber yang bisa dipercaya baik dari segi kacamata Syar’i maupun Duniawi, -yakni media-media islam yang mengabarkan konflik yang terjadi di Suriah -, beliau menyatakan bahwa konflik Suriah adalah Perang Agama.
“Kenapa kita berbicara Syam itu kok Damaskus dan Suriah?? Kita jawab, kenapa kita berbicara Suriah kok kita itu adalah Perang Ideologi kok bukan Perang Agama, maka saya jawab ini adalah perang agama. Sebab, konon istilah Ideologi adalah buatan manusia, sedangkan agama adalah buatan Allah. Dan peperangan yang terjadi di Suriah sekarang ini merupakan Nubuwah Rosululloh saw tentang perang akhir zaman yang terjadi di kota Damaskus,” Katanya saat mengisi kajian bertajuk “SAVE SYRIA – LET’S PRAY FOR THEM” yang diselenggarakan oleh Adhwa’ dan Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Solo Raya, di Masjid Baitul Makmur Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (15/7/2012) pagi melalui rilis forum Al Ishlah.
Dia menjelaskan, bahwa Syi’ah adalah sekte diluar Islam dan bukan termasuk salah satu madzhab dalam islam. Karenanya sangat aneh jika ada sebagian kaum Muslimin yang mengatakan Syi’ah merupakan sebuah madzhab dari salah satu madzhab dalam Islam.
“Ada yang berpendapat bahwa itu konflik Suriah itukan konflik sektarian, antara sekte Syi’ah dengan sekte Sunni. Sekali lagi saya sampaikan ayyuhal ikhwah, didalam sebuah kitab “Jaa Daurul Majus” disebutkan bahwa Syiah itu bukan sekte Islam, Syi’ah itu bukan Madzhab dalam islam”, ungkap yang pernah berjihad ke Afghanistan tersebut.
Dalam sejarah awal kemunculan Syi’ah, Kata Ustadz Abu Rusydan, sudah bisa diketahui bahwa lahirnya Syi’ah adalah dari Majusi. Sehingga, menurutnya tidak mungkin ada Majusi yang termasuk dalam salah satu golongan Islam, sedangkan Majusi sendiri berasal dari Persi atau Persia yang merupakan kaum penyembah berhala.
” Tapi akar munculnya Syi’ah itu adalah dari Majusi. Bahwa hari ini Majusi sudah memegang peranan yang sangat luar biasa dengan menancapkan kuku-kukunya dan taring-taringnya didunia islam. Dan berangkatnya Syi’ah itu berasal dari balas dendamnya Majusi Persi terhadap islam, kemudian mereka berkolaborasi dengan Yahudi dan Nashrani”, Ujarnya.
Dia menegaskan kembali, konflik di Suriah ialah sebuah perang agama, sebab Syi’ah itu menurutnya bukan termasuk golongan atau madzhab dalam Islam. Dan menurutnya, yang perlu dicatat lagi oleh kaum muslimin yaitu bahwa kelahiran Syi’ah, khususnya Syi’ah Nushairiyyah (yang sedang berkuasa di Suriah) pada abad ke-3 H di bawah pimpinan Muhammad bin Nashir An-Numairi, mengaku sebagai Nabi dan meyakini bahwa Imam Abul Hasan Al-‘Askari (Imam ke-11 dari Syi’ah Ja’fariyyah Imamiyyah) adalah Tuhan.
“Jadi, Syi’ah tidak boleh disebut sekte dari Islam. Tetapi sekali lagi saya sampaikan munculnya Syi’ah didunia berangkat dari gerakan Politik yang dilandasi balas dendam Majusi Persi terhadap Islam”, tegasnya kembali.
Kajian dalam rangka solidaritas untuk kaum muslimin di Suriah ini, dihadiri lebih dari 500an jama’ah ikhwan maupun akhwat.
Dalam kesempatan tersebut, diadakan pula penggalangan dana untuk bantuan kepada kaum Muslimin di Suriah. Sementara itu, dana yang terkumpul pada kajian tersebut kurang lebih sebesar 14 juta, rencananya dana terkumpul akan disalurkan melalui Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI). (bilal/arrahmah.com)