JAKARTA (Arrahmah.com) – Upaya Pemerintah Amerika Serikat memasukkan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) asal Indonesia pimpinan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai organisasi teroris asing. Ditanggapi biasa-biasa saja oleh putra pendiri JAT.
“Sudah biasa. Dari dulu Amerika selalu mencari-cari alasan untuk memukul gerakan aktivis yang ingin menegakkan Islam. Mereka kerap mengeluarkan pernyataan yang ingin memojokkan Islam. Bukti mereka apa?” kata pengurus Bidang Dakwah JAT, Ustadz Abdul Rahim Ba’asyir, Jumat (24/2).
Rilis Departemen Keuangan AS juga menuduh bahwa tiga pengurus JAT punya hubungan dengan Al Qaeda. Mereka adalah Mochammad Achwan, Son Hadi bin Muhadjir, dan Abdul Rosyid Ridho Ba’asyir.
Ustadz Abdul Rahim mempertanyakan ‘hubungan’ saudaranya, Ustadz Rosyid, yang dimaksud Amerika.
“Kalau Amerika menyebut kami punya hubungan dengan Al Qaeda, perlu dipertanyakan Al Qaeda ini ada atau tidak?”
Jika Osama bin Laden, pemimpin Al Qaeda, adalah Islam, “kami punya hubungan iman sebagai Islam. Kalau yang disebut hubungan kerja sama, Amerika punya bukti apa?”
Ustadz Abdul Rahim menuding balik bahwa Amerika adalah pembohong. “Mari bicara fakta saja. Pernyataan mereka tidak usah ditelan bulat-bulat. Anggap angin lalu,” kata dia.
Sebelumnya, AS pun pernah mengumumkan sanksi pembekuan aset untuk tiga orang ikhwan, termasuk Ustadz Abdul Rahim. Dua lainnya, adalah Muhammad Jibril dan Umar Patek.
Dalam pengumuman yang dikeluarkan Selasa 16 Agustus 2011, Departemen Keuangan AS menuduh ketiga ikhwan itu telah menunjukan komitmen mereka terhadap kekerasan.
Pejabat Bidang Terorisme dan Intelijen Keuangan, David S. Cohen, seperti dimuat situs Departemen Keuangan AS mengatakan,
“Tindakan yang dikeluarkan hari ini bertujuan untuk menghalangi upaya mereka mengakses sistem keuangan internasional untuk mendukung agenda mematikan mereka.”
Keputusan yang diambil tersebut berdasarkan pada Executive Order (EO) 13224 yang menargetkan sanksi bagi teroris, para pendukungnya, atau tindakan terorisme. (bilal/vn/arrahmah.com)