JAKARTA (Arrahmah.com) – “Siapa yg menafsirkan Qur’an, dengan pendapatnya saja meskipun benar, dia bersalah. Apalagi menafsirkan dengan hawa nafsu. Itu sesuatu kekeliruan yang fatal yang dilakukan oleh seorang Prof. Dr. Quraish Shihab,” ujar Ketua Yayasan Pesantren Tinggi Al-Islam, Ustadz Farid Ahmad Okbah.
Pernyataan itu disampaikan beliau menanggapi komentar Prof. DR. Quraish Shihab dalam tayangan “Tafsir Al-Misbah” edisi 12 Juli 2014 yang disiarkan di Metro TV.
Lebih lanjut, pengisi Kajian Aqidah di Radio Dakta Bekasi ini meminta agar Prof. DR. Quraish Shihab meminta maaf kepada umat Islam dan segera menarik pernyataan itu.
“Saya minta dia untuk minta maaf kepada umat Islam, dan kemudian menarik pernyataan itu,” tegas Ustadz Farid kepada Kiblat.net melalui sambungan telepon pada Selasa, (15/07).
Beliau menerangkan ada beberapa dalil yang mementahkan komentar Prof. DR. Quraish Shihab yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW tak dijamin masuk surga.
Pertama, ayat pertama dalam Surat Al-Kautsar,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَر
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”
“Itu sudah ditafsirkan berdasarkan riwayat Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Al-Kautsar merupakan telaga yg dijanjikan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Bahkan, dari Imam Bukhari dari riwayat Anas bin Malik, Rasullullah SAW ketika dimi’rajkan ke Sidratul Muntaha itu ditunjukkan Al Kautsar itu. Rasullulah telah melihat itu Al Kautsar,” tambah Ustadz Farid.
Bahkan menurut Imam Bukhari-Muslim, Rasullullah SAW dimasukkan ke dalam surga, saat itu oleh Allah SWT ditunjukkan bagaimana bentuknya surga. Rasul SAW telah ditunjukkan surga, sementara beliau masih hidup.
Apalagi ketika nanti beliau sudah meninggal. Ini merupakan jaminan dari Allah SWT. “Inna a’thaina kal kautsar” itu dipastikan jaminan dari Allah kepada Rasullullah, bahwa beliau akan diberikan Al Kautsar.
Apa itu Al Kautsar? Ia adalah sungai di surga, kata Rasullullah. Al-Kautsar memiliki cangkir-cangkir yang jumlahnya sebanyak bintang-bintang langit.
“Dan itu adalah bentuk kepastian bahwa Rasullullah SAW memberitahukan kepada kita bahwa dirinya akan berada di surga. Apakah Prof. Quraish Shihab tidak percaya dengan Rasullullah?” Tanya ulama kelahiran Bangil, Jawa Timur ini.
Ustadz Farid juga menjelaskan bahwa ungkapan yang dibawakan Quraish Shihab dalam hadist bahwa tidak ada seorang pun masuk surga kecuali dengan rahmat Allah, justru surga dijaminkan oleh Allah WT kepada Rasullullah karena rahmatNya, dan seluruh makhluk ini hidup karena rahmatNya.
“Makanya, kata Rasullullah SAW, Allah menciptakan seratus rahmat kemudian 99 rahmat Allah siapkan di surga, satu rahmat diturunkan ke dunia ini. Cuma satu rahmat ini Allah SWT turunkan untuk seluruh makhluknya, 99 rahmat telah Allah siapkan di surga,” tambahnya.
Diutusnya Rasullullah SAW kepada kita, juga merupakan rahmat buat kita. Rasullullah SAW dimasukkan surga juga merupakan rahmat Allah. Tidak ada sesuatu yang terjadi di alam dunia dan alam akhirat kecuali karena Rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala.
Yang kedua, Rasullullah SAW telah menjamin 10 orang masuk surga dari kalangan para sahabat, sebagaimana menurut riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Ahmad, Rasullullah SAW mengatakan Abu Bakar fil jannah, Abu Bakar di surga. Umar fil jannah, Umar di surga. Wa Ali fil jannah, Ali di surga. Wa Ustman fil jannah, Ustman di surga. Kemudian beliau mengatakan wa Thalhah fil jannah, Thalhah di surga. Wa Zubair fil jannah, Zubair di surga. Abdurrahman bin Auf fil jannah, Abdurrahman bin Auf di surga. Saad bin Abi Waqqas fil jannah, Saad bin Abi Waqas di surga. Said bin Zaid fil jannah, Said bin Zaid di surga. Abu Ubaidah bin Jarrah fil jannah, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga. Sepuluh sahabat itu dijamin oleh Rasullullah masuk surga.
“Bagaimana Rasullullah SAW akan menjamin surga kalau beliau tidak dijamin oleh Allah subhanahu wata’ala? Makanya, Rasullullah SAW menyampaikan surga dibuka pertama kali untuk Rasullullah, tidak untuk yang lain. Itu jaminan dari Allah dan itu pernyataan Rasullullah sebagai satu kepastian,” jelas pakar bidang syiah ini.
Beliau juga menjabarkan mengapa kita sebagai muslim diwajibkan untuk mengikrarkan syahadatain tiap shalat. Di situ ada lafadz, ‘wa asyhaduanna muhammadar Rasullullah”.
Dalam kandungan syahadatain ada konsekuensi bahwa kita meyakini tiga hal. Bahwa apa yang diajarkan oleh Rasullullah, semua kebenaran. Dan apa yang diperintahkan Rasullullah, wajib kita terima sebagai suatu kebenaran. Dan apa yang dilarang oleh Rasullullah SAW kita tinggalkan sebagai larangan dan itu sebagai kebenaran. Maka dari itu, semua yang diucapkan dan dilakukan oleh Rasullullah SAW adalah kebenaran.
(kiblat.net/arrahmah.com)