ANKARA (Arrahmah.id) — Turki dilaporkan telah setuju menarik pasukannya dari wilayah Suriah setelah menteri pertahanan Turki, Suriah, dan Rusia bertemu di Moskow pada Rabu (28/12/2022).
“Langkah-langkah harus diambil dalam proses politik agar pasukan kita pergi. Jika ada kekosongan, organisasi teroris tidak boleh mengisinya,” ujar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Sabtu (31/12), seperti dikutip Al Arabiya (31/12).
Sebelumnya pada 15 Desember, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia telah menawarkan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengadakan pertemuan antara para pemimpin Turki, Rusia dan Suriah, yang akan didahului dengan pertemuan para kepala dinas intelijen, pertahanan dan kementerian luar negeri.
Pada 28 Desember, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan menteri pertahanan Rusia, Suriah, dan Turki mengadakan pembicaraan trilateral di Moskow untuk membahas cara-cara menyelesaikan krisis Suriah.
Pembicaraan itu menandai pertemuan resmi pertama antara Ankara dan Damaskus dalam 11 tahun.
Perang di Suriah telah berlangsung sejak 2011, dengan berbagai kelompok pemberontak bersenjata, termasuk kelompok militan, memerangi Tentara Suriah dalam upaya menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar Assad.
Sejak 2016, angkatan bersenjata Turki juga telah melakukan operasi udara dan darat di Suriah melawan kelompok bersenjata Kurdi.
Moskow dan Ankara telah bertindak sebagai mediator dalam konflik dalam berbagai kerangka kerja, seperti kelompok mediasi di permukiman Suriah di Astana yang diluncurkan bersama dengan Iran pada 2017 atau Kongres dialog nasional Suriah yang diselenggarakan di kota Sochi, Rusia pada 2018. (hanoum/arrahmah.id)