ALEPPO (Arrahmah.id) – Perlawanan Suriah meraih kemajuan pesat mereka di barat laut Suriah pada Ahad (1/12/2024), mereka terus maju ke selatan dan mendekati kota Hama di wilayah barat-tengah negara itu.
Koalisi perlawanan, yang dipimpin oleh Ha’iah Tahrir Syam (HTS) dan dikenal sebagai Deterrence of Aggression Operation Room telah menguasai kota terbesar Suriah, Aleppo, termasuk bandara.
Sejak melancarkan serangan terhadap rezim Asad dan sekutunya Iran dan Rusia pada Rabu (27/11), koalisi juga telah merebut seluruh provinsi Idlib.
Juru bicara operasi perlawanan, Hussein Abdul Ghani, mengumumkan bahwa para pejuangnya telah menguasai dua bandara – Bandara Internasional Aleppo dan pangkalan udara militer Kuweires, yang terletak di pedesaan timur Aleppo.
Sejak 2022, bandara tersebut telah menjadi sasaran serangkaian serangan udara ‘Israel’, yang menyebabkannya berhenti beroperasi untuk sementara waktu beberapa kali.
Laporan selama bertahun-tahun juga muncul bahwa bandara tersebut telah digunakan untuk mentransfer senjata dan pejuang Iran ke rezim Suriah.
Pangkalan udara tentara Suriah Abu al-Duhr, yang terletak di Idlib timur, juga direbut sebelumnya pada Sabtu (30/11).
Menanggapi kemajuan pesat pasukan oposisi, angkatan bersenjata yang setia kepada rezim Bashar Asad mengevakuasi beberapa lokasi, membuka jalan bagi kemajuan perlawanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu (30/11), tentara Suriah yang setia kepada Asad mengatakan bahwa mereka sedang mengerahkan kembali pasukan dari daerah-daerah yang telah dikuasainya di provinsi Aleppo dan Idlib dengan tujuan “memperkuat garis pertahanan untuk menyerap serangan”.
Namun, kini perlawanan tampaknya semakin mendekati Hama, dengan laporan pada Sabtu malam dan Ahad pagi (1/12) menunjukkan para pejuang memasuki pinggiran kota, setelah menguasai beberapa kota yang sebelumnya dikuasai rezim Asad di sepanjang jalan.
Ini termasuk lokasi-lokasi penting seperti Halfaya, Morek, Ltamenah, Kafr Zita, Qalaat al-Madiq dan Kafr Nabudah, antara lain, seperti yang dilaporkan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).
Namun, bertentangan dengan klaim bahwa pasukan rezim Asad telah mundur di Hama dengan cara yang mirip dengan banyak daerah di Aleppo dan Idlib timur, sumber mengklaim bahwa mereka sedang berkumpul kembali dan mendirikan pos pemeriksaan untuk mempertahankan posisi mereka di Hama.
Rezim Suriah dilaporkan telah mengirim pasukan yang cukup besar ke Hama, termasuk Pasukan Khusus yang berafiliasi dengan komandan Suhayl al-Hasan, ke lokasi-lokasi strategis di Hama dan sekitar.
Hal ini terjadi saat menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi diperkirakan berada di Damaskus pada Ahad (1/12).
Seorang pejabat senior Irak mengatakan bahwa Baghdad mengirim bala bantuan ke perbatasan Irak dengan Suriah “untuk mencegah kelompok teroris menyusup” ke negara itu.
Iran, bersama dengan Rusia, telah menjadi pendukung utama Asad sejak perang saudara dimulai ketika diktator Suriah itu mengirim tentara untuk membunuh pengunjuk rasa damai pada 2011. Puluhan ribu pasukan proksi Iran dan yang berpihak pada Iran saat ini menduduki Suriah, mendukung pemerintahan Asad.
“Saya akan ke Damaskus untuk menyampaikan pesan Republik Islam kepada pemerintah Suriah,” kata Araghchi, seraya menekankan Teheran akan “dengan tegas mendukung pemerintah dan tentara Suriah,” kantor berita negara IRNA melaporkan. (zarahamala/arrahmah.id)